Peran Firli Bahuri dalam OTT KPK Dibongkar Mantan Anak Buah Sendiri, Duhhh Ternyata...

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 21 Juli 2023 23:20 WIB
Jakarta, MI - Eks penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan membongkar peran Ketua KPK Firli Bahuri dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan lembaga antirasuah tersebut. Firli Bahuri sebelumnya mengaku melakukan OTT terbanyak terhadap pelaku korupsi saat menjabat sebagai Deputi Pinindakan KPK pada tahun 2018. Novel Baswedan mengklaim banyaknya OTT dilakukan tidak disebabkan karena Firli Bahuri, dan perannya dalam operasi tangkap tangan malah sebaliknya, yaitu terkait dengan kebocoran. "Firli ini framing/bohong ya? Saat Firli sebagai Deputi Penindakan memang banyak OTT, tapi itu karena pungguwa-punggawa OTT masih di KPK, seperti “Raja OTT” dsb nya. Justru peran Firli terkait dengan banyak kebocoran OTT, sehingga ybs diperiksa karena perbuatan-perbuatan itu. Bisa aja Firli ini," ujar Novel dikutip Monitorindonesia.com, dari Twitternya, Jum'at (21/7). https://twitter.com/nazaqistsha/status/1681507563035328513?s=20 "Orang orang terkorup ada di rezim sekarang mainya pun ugal ugalan," komentar @tomia***. "Model² kaya gini lagi menjamur di pemerintahan saat ini... Sama spt bilang KPK era jokowi ga tebang pilih, nangkep mentri² koalisi, padahal yg melakukan KPK sebelum dilemahkan, sebelum tes TWK abal2 itu," kata @bungden***. "Entahlah... Ketua KPK yg satu ini memang agak lain 😂😂😂," komentar @rakapra***. "Selayaknya pejabat berterima kasih kepada Luhut dan Firli krn upaya beliau ,OTT KPK berkurang sehingga para pejabat dgn tenang merampok uang negara tanpa takut diOTTK KPK. Dgn banyaknya pejabat korup yg tidak ditangkap berarti KPK sdh bekerja dgn benar diam, tidur dan mengingau," tambah @nobohong***. Sebelumnya, Ketua KPK Firli Bahuri mengaku sering melakukan operasi tangkap tangan (OTT) ketika menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK. Bahkan pada tahun 2018 ia mencapai rekor tertinggi melakukan OTT di KPK. "OTT terbanyak tahun 2018 Pak, waktu itu saya Deputi Penindakan, 30 kali tangkap tangan (OTT di tahun) 2018," kata Firli dalam acara seminar di Gedung Juang KPK Merah Putih, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (18/7). Namun meskipun banyak OTT dilakukan, korupsi tidak berhenti begitu saja, sehingga membuatnya bertanya-tanya dan kemudian mencapai kesimpulan bahwa pemberantasan harus dilakukan secara holistik. "Apakah korupsi berhenti? Tidak, saya berpikir setelah kami jadi ketua. Kalau begitu apa yang harus kami lakukan? Saya bertanya kenapa? gagalnya di mana kita mengelola negara ini, kok masih ada korupsi? Sehingga pada kesimpulan, berarti kita harus melakukan pemberantasan secara holistik, enggak bisa hanya satu-satu," katanya. (AL)