Akhir Agustus Suram, Nilai Tukar Rupiah Melemah Cukup Dalam


Jakarta, MI - Nilai tukar rupiah kembali tertekan sepanjang pekan ini seiring derasnya tekanan eksternal dan meningkatnya ketidakpastian politik di dalam negeri.
Tercatat, rupiah di pasar spot ditutup di level Rp16.500 per USD pada Jumat (29/8/2025), terkoreksi 0,90 persen dibanding akhir pekan sebelumnya.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) menetapkan rupiah di posisi Rp16.461 per USD, melemah 0,74 persen dalam sepekan.
Pelemahan rupiah terutama dipicu oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan, sehingga memperkuat dolar AS di pasar global. Di sisi lain, situasi politik nasional yang memanas juga ikut menekan sentimen investor terhadap aset berisiko di Indonesia.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi, menjelaskan, penguatan dolar AS disebabkan oleh data ekonomi AS yang positif.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 AS direvisi naik, melampaui proyeksi awal, dan jumlah klaim tunjangan pengangguran menurun. "Ini sebuah tanda kekuatan di pasar tenaga kerja," katanya dalam keterangan resmi, Minggu (31/8/2025).
Lebih lanjut, ia mencermati pernyataan Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, yang mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan September 2025. Peristiwa ini diperkirakan dapat memperkuat dolar AS.
Dari dalam negeri, aksi demonstrasi yang memuncak dengan insiden taktis Brimob yang menabrak pengemudi ojek online di Pejompongan memicu gelombang aksi massa baru.
Ibrahim menilai, ketegangan sosial dan politik yang mendominasi sentimen domestik ini diperkirakan akan terus memanas pekan depan.
"Dalam pelemahan ini kemungkinan rupiah ini akan mendekati level Rp16.600-an. Artinya apa? Bahwa 16.600 itu angka minimal. Bisa saja di Rp16.600-Rp16.650 itu yang kemungkinan terjadi," ungkapnya.
Di sisi lain, BI mencatat adanya arus keluar modal asing (capital outflow) dari pasar keuangan domestik. Pada pekan keempat Agustus 2025 (25–28 Agustus), investor asing mencatat jual neto sebesar Rp250 miliar di pasar keuangan domestik.
Tekanan terbesar berasal dari transaksi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang mencatat penjualan hingga Rp10,79 triliun.
Meski begitu, investor asing masih mencatat beli neto di pasar saham (Rp2,62 triliun) dan Surat Berharga Negara (SBN) (Rp7,93 triliun).
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," tutur Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Junanto Herdiawan.
Topik:
rupiah dolar-as rupiah-melemah