Laba Bank Sampoerna Merosot ke Rp10,7 Miliar

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 10 November 2025 17:59 WIB
Bank Sampoerna (Foto: Bank Sampoerna)
Bank Sampoerna (Foto: Bank Sampoerna)

Jakarta, MI - PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) mencatat laba bersih sebesar Rp10,7 miliar hingga kuartal III-2025, anjlok tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp52,3 miliar. Artinya, laba perseroan terkoreksi hingga 388 persen secara tahunan.

Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna, Henky Suryaputra, menjelaskan penurunan kinerja ini tidak terlepas dari ketatnya persaingan industri perbankan serta kondisi pasar yang menantang sepanjang tahun. Salah satu dampaknya adalah perlambatan penyaluran pembiayaan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Kami terus melakukan tinjauan berkala terhadap kemampuan pelaku UMKM dalam menyerap penyaluran kredit dan dengan tantangan yang tidak mudah, kami tetap berkomitmen untuk membantu pelaku UMKM bertumbuh. Ini adalah sektor usaha yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia dan eksistensi bisnis mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Henky dalam keterangan resminya, Senin (10/11/2025).

Sebagai bank yang menempatkan sektor UMKM sebagai prioritas, Bank Sampoerna terus memperbesar porsi pembiayaan kepada pelaku usaha di segmen tersebut.

Per akhir kuartal III-2025, total kredit yang telah disalurkan Bank Sampoerna mencapai Rp11,5 triliun, di mana 64,53 persen di antaranya dialokasikan untuk mendukung UMKM.

CEO Bank Sampoerna, Ali Yong, menekankan bahwa keberpihakan bank terhadap UMKM diwujudkan melalui peningkatan jumlah mitra strategis yang bersama-sama berkolaborasi untuk mengakselerasi digitalisasi UMKM.

“Pertumbuhan yang ada difokuskan pada kolaborasi yang erat antara Bank Sampoerna bersama dengan lebih dari 50 perusahaan fintech, perusahaan multifinance, koperasi, dan institusi keuangan lainnya. Kemitraan ini menjadi bukti nyata keberpihakan bank kepada UMKM,” tutur Ali.

Bentuk kolaborasi tersebut diwujudkan melalui penyediaan layanan Bank as a Service (BaaS) yang telah memberikan hasil positif, dengan perluasan jangkauan layanan perbankan hingga ke pelosok negeri.

Hasilnya tercermin dari peningkatan penggunaan layanan virtual account, pembayaran melalui QRIS, dan transfer dana melalui mitra (host-to-host fund transfer) yang pada periode sembilan bulan tahun ini yang mencapai 331 juta transaksi senilai total Rp102 triliun. Jumlah transaksi ini meningkat 16 kali lipat dibandingkan dengan jumlah transaksi pada periode yang sama di tahun 2024.

“UMKM merupakan bagian integral dari bisnis kami. Melalui berbagai inisiatif yang kami jalankan, kami berharap dapat terus memberikan nilai tambah bagi nasabah, serta menciptakan dampak positif bagi sektor UMKM sebagai pilar ketahanan ekonomi nasional,” jelas Ali.

Selain tantangan pada penyaluran kredit, dukungan terhadap UMKM juga bergantung pada kemampuan menjaga arus kas yang sehat. Melalui kolaborasi dan penerapan layanan berbasis digital, Bank Sampoerna berkomitmen untuk memperkuat arus kas sekaligus mendorong keberlanjutan usaha para pelaku UMKM.

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Sampoerna tercatat mencapai Rp13 triliun, dengan porsi terbesar berasal dari deposito nasabah sebesar Rp10,5 triliun.

Peningkatan DPK tersebut turut didorong oleh naiknya komposisi CASA yang mencapai 19,2 persen pada akhir kuartal III-2025, atau meningkat 4,8 persen secara tahunan (YoY).

Henky menjelaskan bahwa penyaluran kredit dan penghimpunan DPK yang seimbang turut menjaga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Hingga akhir September 2025, LDR korporasi mencapai 88,30 persen atau meningkat sebesar 3,8 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 84,5 persen. Hal ini mencerminkan kondisi likuiditas bank yang sehat.

Di sisi lain, Net Interest Margin (NIM) tetap stabil di level 4,4 persen, menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit dan dana pihak ketiga secara efisien di tengah persaingan industri yang ketat dan ketidakpastian ekonomi global.

Sebagai bagian dari komitmen menjaga kualitas kredit, Bank Sampoerna terus menerapkan prinsip kehati-hatian. Hingga September 2025, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross tercatat 4,12 persen, sedangkan NPL net berada di level 2,45 persen.

Topik:

bank-sampoerna laba-bank-sampoerna