Tiga Dekade Berlalu, Grup Sampoerna Resmi Hengkang dari Pasar Modal RI

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 22 November 2025 1 hari yang lalu
Bursa Efek Indonesia (Foto: Ist)
Bursa Efek Indonesia (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Grup Sampoerna resmi meninggalkan pasar modal Indonesia setelah melepas seluruh kepemilikan sahamnya di emiten terakhir yang masih berada di bawah naungannya, yakni PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). Dengan ini, berakhir sudah perjalanan panjang keluarga Sampoerna di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah berlangsung sejak awal 1990-an.

Informasi mengenai hengkangnya Grup Sampoerna dipublikasikan melalui Keterbukaan Informasi BEI pada Kamis (20/11/2025). Perseroan mengungkapkan bahwa mereka menerima pemberitahuan resmi mengenai perpindahan kepemilikan saham SGRO pada 19 November 2025.

Aksi korporasi tersebut ditandai dengan pengalihan 1.195.217.500 saham SGRO atau setara 65,721 persen modal disetor, dari Twinwood Family Holdings Limited kepada AGPA Pte. Ltd., anak usaha Posco International Corporation.

Menurut catatan resmi yang dihimpun Monitorindonesia.com, SGRO memiliki sejarah panjang yang erat dengan keluarga Sampoerna. SGRO merupakan perusahaan perkebunan yang didirikan pada 7 Juni 1993 dengan nama PT Selapan Jaya.

Perusahaan kemudian berganti nama menjadi PT Sampoerna Agro pada 2007 setelah diakuisisi oleh Grup Sampoerna Strategic. Bersama sejumlah anak usahanya, Sampoerna Agro mengembangkan bisnis perkebunan terintegrasi dengan menekankan prinsip keberlanjutan jangka panjang.

Sampoerna Agro melantai di pasar modal, yang saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ), pada 18 Juni 2007. Saat IPO, perusahaan melepas 1,89 miliar saham.

Dari jumlah tersebut, 461.350.000 saham atau 24,41 persen dilepas kepada publik dengan nilai nominal Rp200 per saham. Harga penawaran saham ditetapkan sebesar Rp2.340 per saham dan perusahaan berhasil menghimpun dana IPO sebesar Rp1,079 triliun.

Meski demikian, keterlibatan Grup Sampoerna di pasar modal sebenarnya sudah berlangsung jauh lebih lama. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) menjadi perusahaan pertama grup yang melantai di bursa pada 15 Agustus 1990, dengan menawarkan 27 juta saham kepada publik.

Selain itu, terdapat 18 juta saham milik pribadi, sehingga total saham yang terdaftar saat IPO mencapai 45 juta saham. Dengan porsi penawaran publik sebesar 60 persen, perusahaan mematok harga penawaran Rp 12.600 per saham. 

Tak hanya SGRO dan HMSP, Grup Sampoerna juga pernah memiliki 10 persen saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebelum melepasnya ke Grup Northstar pada 2006.

Dengan rampungnya penjualan SGRO kepada AGPA, seluruh jejak kepemilikan Grup Sampoerna di pasar modal Indonesia kini resmi berakhir, menutup babak penting perjalanan salah satu konglomerasi terbesar Indonesia dalam tiga dekade terakhir.

Presiden Direktur Grup Sampoerna, Bambang Sulistyo, mengatakan bahwa penjualan tersebut merupakan langkah strategis untuk memfokuskan sumber daya pada lini bisnis lain. Ia menilai Posco International sebagai pihak yang tepat untuk membawa SGRO memasuki fase pertumbuhan baru. 

“Kami sangat bersyukur karena telah menemukan rumah baru bagi SGRO. Kami yakin, pemilik baru akan menjadi rumah yang baik bagi para pegawai dan membawa SGRO pada prospek pertumbuhan bisnis yang lebih baik ke depan,” kata Bambang dalam keterangan pers, Kamis (20/11/2025). 

Ia menambahkan, minat investor terhadap sektor kelapa sawit Indonesia tetap solid, namun Posco International dianggap paling siap melanjutkan kinerja positif SGRO.

Bambang menyatakan, Grup Sampoerna tetap memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia melalui berbagai bisnis strategis, seperti Bank Sahabat Sampoerna, Sampoerna Kayoe, Sampoerna Land, dan Putera Sampoerna Foundation.

Sementara itu, Posco International merupakan bagian dari Posco Group, konglomerasi asal Korea Selatan yang memiliki portofolio bisnis di sektor perdagangan, energi, baja, hingga agribisnis.

Topik:

sampoerna grup-sampoerna pasar-modal-ri