1.200 Orang Diamankan Terkait Kerusuhan Unjuk Rasa Pillpres di Venezuela

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 1 Agustus 2024 3 jam yang lalu
Sedikitnya 15 orang yang diduga melakukan vandalisme ditangkap. (Foto: Antara)
Sedikitnya 15 orang yang diduga melakukan vandalisme ditangkap. (Foto: Antara)

Caracas, MI - Petugas penegak hukum Venezuela telah menahan lebih dari 1.200 orang setelah kerusuhan terkait pemilihan presiden baru-baru ini, kata presiden negara tersebut, Nicolas Maduro.

"Kami telah menahan lebih dari 1.200 penjahat. Mereka telah dilatih selama beberapa waktu di Texas, Kolombia, Peru, Chile. Mereka dilatih agar datang dan menyerang serta membakar," ujar Maduro, ketika berbicara kepada detasemen penjaga nasional di jalanan Caracas.

"Mereka mencoba membakar rumah sakit keliling itu, tetapi Anda dan warga setempat menyelamatkannya. Apakah ini protes atau perjuangan politik? Membakar rumah sakit?" lanjutnya.

Video tersebut diunggah di akun X milik presiden tersebut.

Pemilihan presiden di Venezuela diadakan pada 28 Juli lalu. Keesokan harinya, Dewan Pemilihan Nasional menyatakan Maduro terpilih sebagai presiden untuk periode 2025-2031.

Menurut Dewan Pemilihan, Maduro menerima 51 persen suara.

Pada 29 Juli, protes dimulai di Venezuela. Bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa terjadi di Caracas.

Para pengunjuk rasa melemparkan batu dan bom molotov kepada petugas penegak hukum.

Menurut Kantor Kejaksaan Agung, sebanyak 77 petugas penegak hukum terluka. Mereka yang ditahan didakwa dengan penghancuran infrastruktur negara, penghasutan kebencian, dan terorisme.

Pemerintah Venezuela mengatakan sejumlah negara campur tangan dalam pemilihan dan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri.

Moskow mengatakan bahwa oposisi Venezuela harus mengakui kekalahan dalam pemilihan.

Selain itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memperingatkan negara-negara ketiga untuk tidak mendukung upaya mendestabilisasi situasi di dalam Venezuela.