Pedukuhan Tirto, Bangunjiwo, Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta: Pusat Aktivitas Jasa Truk Angkutan Barang
Bantul, MI - Di sebuah pedukuhan namanya Tirto, kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya sekitar 8 km arah selatan dari titik 0 pusat kota Yogyakarta.
Pedukuhan ini sangat dekat dengan desa pusat industri gerabah, yaitu desa Kasongan, yang cukup terkenal dengan industri gerabah dan keramiknya. Produknya sudah cukup dikenal di pulau Jawa bahkan di Indonesia.
Pedukuhan Tirto yang terdiri dari 7 RT , istimewanya adalah kebanyakan para warganya mempunyai kendaraan berupa truk ukuran sedang/ tiga perempat. Dari salah satu nara sumber warga setempat di RT 03, seorang sopir truk bernama Supriyanto , mengatakan bahwa: "Ada sekitaran 40-50 an buah truk yang siap sebagai jasa angkutan aneka barang yang dipunyai oleh para warga Tirto. Bahkan satu warga ada yang punya 4-6 truk"
Sosok Supel Supriyanto
Supriyanto (48), yang akrab dipanggil dengan Supri, adalah salah satu sosok sopir truk yang sangat supel dan sederhana, periang suka humor, sangat setia dan hepi dengan pekerjaannya.
Dari awal perjuangan sebelum punya truk sendiri, saat masih "mburuh" sebagai seorang sopir di Kalimantan sekitaran tahun 2002 sampai sekarang sudah mempunyai satu truk sendiri dengan cara menabung bersama isterinya yang setia Parjiyem yang selalu menemani dalam suka dan duka dari tahun 1994 hingga sekarang.
Pernah mempunya satu putera, kelas tiga SMP yang telah dipanggil Sang Khalik, karena mengalami musibah kecelakaan lalulintas tidak jauh dari rumahnya. " Dulu gampang cari uang, meski saya masih "mburuh" bawa truk orang lain, sekarang meski pun sudah punya kendaraan sendiri, cari uang kok lebih susah" katanya.
Supri pernah membawa barang paling jauh dari Yogya ke Bali, kalau waktu masih "mburuh" pernah jadi sopir di Kalimantan.
Jasa angkutan barang dengan truk dari sebagian warga Tirto ini, cukup fleksibel terima order barang yang diangkut. Namun kebanyakan adalah mengangkut gerabah/keramik dari desa Kosongan ke luar kota.
Sebuah rezeki juga manakala musim "rembang" , sebutan lain kalau musim panen tebu, truk-truk mereka bisa mengangkut panenan tebu dari sawah ke pabrik gula Madukismo, yang lokasinya tidak jauh dari pedukuhan Tirto. Sehari rata-rata hanya bisa mengangkut satu rit. Pendapatan kotor antara Rp400-Rp450.000 per- hari, bersihnya bisa mengantongi Rp200.000. "Ya lumayanlah, katanya.
Kadang juga mendapat order antarkan rabuk kandang (kotoran sapi) ke daerah Temanggung, Jawa Tengah, pendapatan bersih bisa mencapai Rp250.000 an.
Ikut Komunitas Sopir
Ternyata Supri juga aktif ikut dalam komunitas perkumpulan para sopir truk. Banyak keuntungannya kata Supri. "Selain menambah kawan juga bisa mendapatkan info orderan, kompak saling membantu. Banyak kawan bisa banyak rezeki" imbuhnya. Nama komunitasnya adalah "Umplung Mania Yogya".
Selalu Bersyukur
Selalu bersyukur kepada Tuhan adalah salah satu prinsip utamanya dalam kehidupan Supriyanto. Sosok yang mulai bertambah usia ini, Supri secara fisik mulai melemah, karena sakit Jantung, diabetes, kolesterol dan asam lambung yang dideritanya. Cukup komplikatif penyakitnya.
Tetapi Supri tetap terlihat api semangat hidupnya tetap menyala dengan raut wajah yang selalu riang gembira dalam menjalani pekerjaannya, meski fisik sudah mulai menurun karena sakit yang dideritanya.
Menutup pembicaraan dengan wartawan Monitorindonesia.com yang berada di Yogyakarta, Gatot Eko Cahyono, Supri menambahkan bahwa: "Kalau saya mendapat order angkutan barang yang jauh, saya sekarang harus mengajak kawan untuk menemani gantian nyetir, agar tidak terlalu kecapaian" katanya dengan selalu terlihat gembira dan bangga sebagai sopir jasa angkutan barang dengan truk.
(Gatot Eko Cahyono)
Topik:
Daerah Khusus