Guncangan di IPB: Fateta Terancam jadi Sekolah Teknik, Ini Respons Mantan Rektor dan Dekan

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 11 Juni 2025 15:09 WIB
Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB (Foto: Dok MI)
Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Rencana perubahan status Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi sekolah teknik memicu respons serius dari sejumlah tokoh yang memiliki sejarah panjang dengan fakultas tersebut. 

Mereka menekankan pentingnya mempertahankan keberadaan Fateta sebagai lembaga strategis yang sejak tahun 1964 telah berperan dalam pengembangan teknologi pertanian di Indonesia.

Salah satu pernyataan paling tegas datang dari mantan Rektor IPB sekaligus tokoh pendiri Fateta, Prof. Aman Wirakartakusumah. Ia menekankan bahwa keberadaan Fateta bukan hanya soal akademik, tapi bagian dari visi besar pembangunan nasional.

“Sejak awal, Fateta hadir untuk mendukung semua mata rantai sektor pertanian, dari hulu sampai hilir. Teknologi dan keilmuan yang dikembangkan di dalamnya menyokong isu pangan, energi, gizi, hingga kualitas hidup generasi muda menuju Indonesia Emas 2045,” tutur Aman saat ditemui di Aula IPB International Conventional Center, Bogor, Jawa Barat, Senin (9/6/2025).

Aman juga menyampaikan, Fateta merupakan wujud hibrida antara ilmu teknik, ilmu alam, manajemen, dan teknologi. Menurut dia, membubarkan fakultas ini sama saja dengan mencabut roh teknologi dari pembangunan pertanian Indonesia.

Selanjutnya, Mantan Dekan Fateta IPB, Florentinus Gregorius Winarno turut menyampaikan pandangannya. Ia menegaskan bahwa Fateta telah melahirkan dan membesarkan insan-insan pertanian tangguh. Dia amat keberatan apabila fakultas tersebut diganti menjadi sekolah teknik. 

“Kalau ditusuk jantung saya, darahnya darah Fateta. Saya bangun Fateta dari yang tidak dikenal, sekarang jadi mendunia,” imbuhnya.

Dia juga menceritakan keterlibatannya dalam pendirian 17 STM Pembangunan Pertanian yang dulu berada di bawah pembinaan Fateta. Winarno menyayangkan bahwa hubungan historis tersebut kini nyaris terputus. Menurutnya, perubahan struktur institusi tidak semestinya dilakukan dengan menghapus sejarah. 

“Almamater itu, artinya ibu yang menyusui. Kalau sudah tua, bukan berarti harus diganti dengan ibu muda,” kata dia, menyindir rencana penggantian Fateta dengan sekolah teknik.

Sementara itu, saat ini Dekan Fateta IPB menyatakan proses transformasi fakultas ke sekolah teknik telah melalui pertimbangan panjang dan bukan keputusan sepihak. 

“Empat program studi di Fateta, tiga di antaranya sudah berstatus sarjana teknik, satu lagi teknologi pangan. Semua prodi telah memilih untuk masuk ke struktur sekolah teknik,” tandasnya.

Namun demikian, ia menekankan bahwa substansi ilmu teknologi pertanian tetap dipertahankan dan justru diperkuat.

“Ilmunya tidak dikurangi sesuil (sedikit) pun. Yang berubah hanya struktur organisasinya,” katanya.

Ia juga membuka ruang untuk diskusi akademik guna mengevaluasi kembali keputusan tersebut, asalkan dilakukan melalui prosedur yang resmi. “Silakan saja bikin naskah akademik baru. Tapi harus dosen aktif, bukan alumni,” pungkasnya.

Topik:

fakultas-pertanian-ipb teknologi-pertanian fateta institut-pertanian-bogor