Penyalahgunaan Jabatan Wakil Kurikulum SMK Sumbangsih, Demi Keuntungan Pribadi?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 28 Agustus 2025 12:27 WIB
Ilustrasi - Guru. Foto: Istimewa
Ilustrasi - Guru. Foto: Istimewa

Jakarta, MI - Dalam sebuah sekolah SMK, pembuatan kurikulum sangatlah penting. Pemilihan Mapel selain berdasarkan capaian yang dibuat oleh Dinas atau Kementrian pendidikan, tentunya harus selaras dengan kebutuhan Industri.

Namun,  wakil kurikulum yang diangkat sejak tahun ajararan 2023/2024 sampai tulisan ini dibuat, malah membuat mapel yang ada menjadi aneh dan seringkali terlihat dipaksakan. Sebuah CP (Capaian) saat ini dipaksakan menjadi sebuah Mapel. 

Hal ini akan sangat menyulitkan penilaian kepada siswa pada Raport, karena pada Raport Siswa, mapel tersebut justru di include dalam suatu istilah mapel yang lebih umum.

Bagaimana memberikan penilaian sebuah mapel, jika mapel tersebut Capaiannya diajar oleh guru yang berbeda beda. Hal ini akan menimbulkan masalah dan konflik antar Dewan Guru. Untuk hal ini bisa dicek pada Raport dan Jadwal KBM terbaru, banyak mapel yang aneh dan tidak sinkron.

Selain itu, sejak awal naik, Wakur ini selalu membuat mapel tambahan muatan lokal untuk dirinya sendiri. Padahal pada kurikulum merdeka capaian tersebut sudah ada dalam mapel yang lain.

Saya menduga bahwa Sang Wakur hanya memiliki skill yang sedikit, sehingga memaksa mengadakan mapel yang bisa dia ajar, dengan tujuan memperbanyak jam mengajarnya sendiri. 

Pada Tahun ajaran terbaru 2024/2025, saya menghitung bahwa jumlah total mapel beserta tunjangan jabatan yang diampu oleh sang Wakur mencapai 39 Jam per minggu. Hal ini sangatlah fantastis untuk mendongkrak pendapatan Sang Wakur dari segi kelebihan jam mengajar. 

Padahal seorang wakil kurikulum telah mendapatkan bobot tambahan 12 Jam mengajar  dari fungsi jabatan, hal ini bertujuan agar sang Wakur bisa fokus dalam hal manajemen sekolah. Namun apa yang dilakukan sang Wakur malah terus menambah jam mapel untuk dirinya sendiri agar pendapatannya membesar. Padahal Setahu saya, sang Wakur telah mendapatkan tunjangan Sertifikasi dari pemerintah. Apakah hal tersebut masih kurang?

Bahkan pada tahun ajaran lalu Sang Wakur selain menjadi Wakil Kurikulum, juga merangkap Kepala Program (KaProg). Seakan akan tidak ada orang lain yang mampu, padahal semasa menjadi Kaprog dulu, lebih lebih setelah menjadi wakur, selain itu sang Wakur selalu membuat kebijakan yang selalu berubah secara mendadak yang menyulitkan proses pembelajaran dan kerap kali diprotes oleh Siswa. Uniknya, ketika diminta membuat program Tahunan jangka panjang oleh kepala sekolah yang lama malah tidak mampu.

Apa yang dilakukan Sang Wakur sejak dulu sampai saat ini sangat merugikan Sekolah, Siswa dan Orangtua murid yang berharap putra putrinya mendapatkan pengajaran yang baik dan sesuai di sekolah. Namun yang didapatkan hanyalah sebuah rancangan demi membesarkan rekening Sang Wakur sendiri.

Jika hal ini dibiarkan terus bisa dikatakan kita semua telah mengkhianati nilai nilai pendidikan dan mengkhianati anak didik kita sendiri.

Ada sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris yang mengatakan 

“enough for evil to thrive when the good people do nothing”. 

Arti dari ungkapan ini kira-kira: “cukuplah kejahatan itu akan merajalela ketika orang-orang baik tidak melakukan apa-apa”. 

Apa yang dilakukan Sang Wakur SMK Sumbangsih Saat ini dapat dikatakan telah menukar nasib dan masa depan anak didiknya sendiri, demi uang recehan berupa tambahan gaji dari kelebihan jam mengajar. (gec)

Topik:

SMK Multimedia Sumbangsih Jakarta Guru