Pengoplosan Gas Elpiji Marak di Jakarta, Diduga Dibekingi Oknum Polisi

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 10 April 2023 20:15 WIB
Jakarta, MI - Pengoplosan gas elpiji masih terus marak di sejumlah lokasi di Jakarta. Pemberitaan Monitor Indonesia pada pekan lalu bahwa lokasi pengoplosan gas elpiji di RT 02, RW 07 Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara ditutup namun kini berpindah lokasi lagi ke Jalan Tanggul, Pulogebang, Jakarta Timur dan sejumlah lokasi lainnya di Jakarta. Dari investigasi Monitor Indonesia, pelaku mafia gas elpiji tersebut kerap berpindah-pindah tempat. Sekalipun digrebek aparat kepolisian, namun kegiatan tersebut juga tetap saja beroperasi di sejumlah tempat. Bahkan, sumber Monitor Indonesia di Mabes Polri dan Polda Metro Jaya mengungkap para mafia gas tersebut dibekingi oleh oknum polisi dari Subdit II Dirtipiter Bareskrim Polri. "Ada oknum bermain dari Subdit II Dirtipiter Bereskrim Polri. Makanya mereka (mafia) bisa bekerja aman-aman saja sekalipun pura-pura digrebek lalu disuruh pindah ke tempat lain," ujar sumber itu. Dia menambahkan, lokasi pengoplosan gas elpiji di kawasan Cakung dan Pulogebang saat ini ada di 5 titik. Pelaku merasa aman untuk melakukan tindakan yang merugikan rakyat kecil itu karena ada sokongan dari oknum polisi. Dua pekan lalu, ratusan mobil truk pembawa gas elpiji 3 kg setiap hari memasuki kawasan pergudangan di pinggir kali yang bersebelahan dengan kawasan elit Kelapa Gading tersebut. Dari Pantauan Monitor Indonesia di lokasi pada Selasa (28/3), puluhan pekerja tampak sibuk melakukan pengoplosan gas elpiji 3 kg ke tabung 12 kg tersebut. Sebagaimana diketahui, gas elpiji 3 kg disubsidi pemerintah. Menurut warga setempat, setiap hari ratusan mobil pengangkut gas elpiji masuk ke lokasi gudang pengoplosan. Setiap mobil mampu mengangkut sekitar 1.500 tabung gas melon. Pria yang bekerja serabutan itu mengaku hanya bisa menyaksikan lalu lalang kendaraan pembawa elpiji setiap hari. Dia mengungkap bahwa pengoplosan gas subsidi itu sudah berlangsung sejak sekitar 6 bulan lalu. “Kalau enggak salah 10 hari lalu lokasi itu digrebek polisi. Tapi sekarang aktif lagi. Mungkin (pak polisinya) sudah di 86 (amankan) kali ya,” ungkap dia. Lokasi pengoplosan gas elpiji tersebut memang jauh dari permukiman warga. Bahkan lokasinya sulit diketahui masyarakat karena berada di ujung jalan. Pengoplosan gas itu meresahkan konsumen. Sebab, gas 3 kilogram yang disiapkan pemerintah untuk kepentingan rakyat miskin atau subsidi selanjutnya dijual ke non subsidi Dari pantauan di sekitar lokasi gudang aktivitas pengoplosan berjalan tanpa ada gangguan. Truk-truk engkel berganti-ganti keluar masuk lokasi gudang untuk membawa gas 3 kilogram. Truk yang membawa gas elpiji 3 kilogram tampak ditutupi trapal untuk mengelabui masyarakat. Modus pelaku pengoplosan tersebut adalah memindahkan isi tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram ke tabung gas ukuran 12 kilogram (non subsidi) dengan cara menggunakan alat bantu berupa selang atau pipa regulator. Kemudian, diperjual-belikan kepada masyarakat. Gas 3 kilogram ini gas subsidi dari pemerintah, tentunya harganya pun berbeda. Para pelaku mengisi satu tabung 12 kilogram dengan empat tabung 3 kilogram. Namun, pengisiannya tidak penuh hanya sampai 11 kilogram atau 11,5 kilogram. Adapun keuntungan dari pengoplosan itu diperkirakan meraup untung hingga ratusan juta per hari.[Lin]

Topik:

Gas Elpiji
Berita Terkait