Mengungkap Motif Satu Keluarga Terjun dari Lantai 22 Apartemen Teluk Intan

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 11 Maret 2024 15:32 WIB
Apartemen Teluk Intan (Foto: MI/Aswan)
Apartemen Teluk Intan (Foto: MI/Aswan)

Jakarta, MI - Polisi hingga saat ini sedang menyelidiki motif yang melatari kasus dugaan bunuh diri empat orang anggota satu keluarga, yakni EA (50), AEL (52), JWA (13), dan JL (15), ditemukan meninggal setelah meloncat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Menurut keterangan polisi, keempat korban ditemukan tewas di depan lobi apartemen, pada pukul 16.15 WIB sore, Sabtu (9/3/2024).

Seorang petugas keamanan sempat mendengar suara dentuman, seperti benda jatuh. Ia bergegas memeriksa, sebelum akhirnya menemukan jasad empat orang di depan pelataran parkiran sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara.

"Ketika saksi sedang berjaga di depan lobi mendengar suara benturan yang keras, ketika menoleh ternyata terdapat empat mayat," kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setiawan, kemarin.

"[Korban] sudah tergeletak di pelataran parkir dalam posisi terlentang, selanjutnya anggota sekuriti melaporkan kejadian tersebut ke Polsubsektor Teluk Intan," tambah Gidion.

Gidion membenarkan bahwa penyebab kematian empat orang tersebut adalah bunuh diri. Namun, pihak kepolisian masih belum mengetahui penyebab bunuh diri tersebut.

Sementara itu, Kepala Polsek Penjaringan Komisaris, Agus Ady Wijaya, menyatakan, berdasarkan penuturan sejumlah saksi dan barang bukti, termasuk pantauan kamera pemantau (CCTV), ada indikasi kuat keempat korban melakukan bunuh diri di lantai 22 apartemen.

"Kami belum menentukan motif yang membuat satu keluarga ini melakukan aksi bunuh diri," kata Agus, Sabtu (9/3/2024).

Petugas telah memeriksa para saksi seperti petugas keamanan dan keluarga korban yang lain. Selain itu pemeriksaan juga meliputi identifikasi kendaraan dan membuka ponsel milik korban. Menurut Agus, keempat korban mengalami luka berat di bagian kepala, tangan dan kaki. Saat ditemukan, keempat korban sudah tak bernyawa,

"Keempat jasad sudah dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk dilakukan 'visum et repertum' dan saksi diamankan untuk dimintakan keterangan lebih lanjut," kata Agus.

Agus pun menyebut empat orang anggota keluarga yang bunuh diri sudah tidak tinggal di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara. "Para korban sudah lama tidak menempati apartemen ini," ucap Kapolsek Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya, Minggu (10/3/2024).

Menurut keterangan saksi, keluarga itu sudah dua tahun tidak menempati apartemen tersebut. ”Ketika datang lagi ke apartemen, mereka langsung melakukan tindakan [bunuh diri] ini,” kata Agus.

Berdasarkan hasil identifikasi dari Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis), korban terluka parah di sejumlah bagian tubuh. Polisi juga menemukan ikatan tali yang putus pada tangan keempat jasad tersebut. Diduga, bahwa tali tersebut terikat pada tangan sebelum mereka melakukan aksi bunuh diri.

“Kondisi EA terikat dalam tali yang sama dengan JL, namun kondisinya di bawah ikatan tali tersebut lepas. Kemudian AIL terikat tali yang sama dengan JWA, pada saat di bawah ikatan tali tersebut masih mengikat pada kedua tangan mereka," jelas Agus.

Polisi mengatakan saat ini masih mencari petunjuk dari ponsel korban. Tim Laboratorium Forensik (Labfor) tengah mendalami ponsel korban. "Ponsel [milik korban] rusak, sedang dalam proses di labfor," ujarnya.

Di sisis lain, bahwa dari rekaman kamera CCTV, polisi mengetahui sebagian aktivitas keluarga tersebut sebelum melompat dari apartemen itu. Disebutkan, mereka terlihat naik ke lantai 22 apartemen.

Dalam rekaman video, sang ayah sempat mencium istri dan dua anaknya ketika hendak masuk lift. "CCTV menunjukkan para korban ini datang bersama, naik lift bersama. Di lift, EA menciumi para korban lain," ungkap Agus, Minggu (10/3/2024).

Setelah itu, sang ibu mengumpulkan ponsel para korban dan diletakkan dalam tasnya hingga keluar lift, kata polisi. "AIL mengumpulkan HP para korban di tasnya, sampai keluar lift bersama," jelas Agus.

Sesampainya mereka di lantai atas, tidak ada saksi lain yang melihat aktivitas mereka. Tetapi, kamera CCTV kedua menayangkan saat empat orang itu jatuh bersamaan usai melompat dari lantai atas apartemen.

Pengakuan Tentangga

Salah seorang tetangga korban, Arif (48) mengaku sudah kenal dengan keluarga korban sejak 2017. Saat itu, Arif tinggal di lantai 16, bersebelahan dengan bilik keluarga korban. Ia mengaku sempat mendengar keluarga empat orang itu berencana pindah ke Solo, Jawa Tengah. 

"Saat itu suaminya sudah pulang. Tinggal anak dan istrinya," kata Arif.

Dua menyatakan dirinya sempat memberikan uang sejumlah Rp3 juta kepada keluarga itu. Ia mengklaim uang itu ia berikan tanpa keluarga tersebut meminta. "Saya tahu mereka lagi susah. Perempuannya mau nangis."

Arif mengaku selama tinggal bertetangga dengan keluarga itu, tak pernah ia mendengar keributan dari bilik tersebut. "Cuma saya pernah lihat barang-barang di dalam rumah berantakan," ujarnya.

Sementara itu, menurut penjaga klenteng yang berada di lantai teratas, salah satu korban, diduga ibu di keluarga itu, sempat sembahyang sebelum melakukan aksi bunuh diri. "Sembahyang yang perempuan satu," kata Penjaga Klenteng.

Ia mengatakan bahwa korban sembahyang tanpa menggunakan hio, hanya menggunakan tangan. Selain itu, anak perempuan dari keluarga itu juga menaruh uang di klenteng sebelum pergi.

Meskipun tas bawaan mereka masih tertinggal di dekat tangga darurat, mereka kemudian melakukan aksi bunuh diri dari lantai 22 dan meninggal dunia di tempat kejadian.