Kenaikan Harga Pupuk Nonsubsidi Awal Tahun, Jadi Kado Pahit bagi Petani

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 11 Januari 2022 17:17 WIB
Monitorindonesia.com - Kenaikan harga pupuk nonsubsidi diawal tahun 2022 ini, menjadi kado pahit bagi petani, sekaligus mengindikasikan kacau balaunya kinerja pemerintah karena tidak bisa mengantisipasinya. Penilaian ini disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI Slamet kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (11/1/2022), menyoroti kenaikan harga pupuk non-subsidi di awal tahun 2022. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah harus segera mencarikan solusi, agar para petani tidak menjerit. "Tentunya hal ini menjadi cermin bahwa manajemen pupuk yang dilakukan pemerintah masih kacau dan tidak antisipatif," ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut. Slamet mengungkapkan, harga pupuk non-subsidi mengalami kenaikan hingga 100 persen pada pekan pertama Januari 2022. Harga pupuk Urea misalnya saat ini tembus Rp500.000/saknya, bahkan di beberapa daerah lebih tinggi dua kali lipat dari harga normal Rp265.000/sak. "Saya berharap, apapun alasan kenaikan pupuk ini, pemerintah segera hadir untuk mencarikan solusinya. Kasihan para petani yang selalu saja menjadi korban yang terus berulang. saat bertanam, pupuk mahal dan saat panenpun, harganya jatuh," pungkas Legislator dapil Jawa Barat IV tersebut. (Ery)
Berita Terkait