Pengamat Transportasi Anggap Manajemen Arus Mudik Terlalu Fokus pada Jalan Tol

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 8 Mei 2022 17:15 WIB
Jakarta, MI - Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno menganggap upaya manajemen lalu lintas arus mudik terlalu fokus pada jalan tol. Padahal, berdasarkan prediksi hasil survei Badan Litbang Perhubungan pada Maret 2022, pilihan jalur mudik via Tol Trans Jawa 24,1 persen saja. "Sementara yang memilih jalur lintas Tengah Jawa 9,7 persen, jalur lintas pantai utara (pantura) Jawa 82, persen dan Trans Sumatera (non tol) 4,7 persen," ungkap Djoko dalam keterangan tertulis, Minggu (8/5). Fokus berlebih pemerintah kepada jalan tol terbukti dari upaya manajemen lalu lintas melalui rekayasa-rekayasa. Djoko menilai, rekayasa lalu lintas Polri di jalan tol relatif lebih mudah dilakukan ketimbang di jalur arteri. Tak heran, upaya manajemen lalu lintas di tol ini bisa lebih maksimal dilakukan. "Upaya manajemen prioritas dengan rekayasa lalu lintas yang dilakukan di jalan Tol Trans Jawa berupa ganjil genap, arus searah (one way) dan arus berlawanan arah (contra flow) sudah maksimal," ujar Djoko. Mengenai kemacetan yang masih terjadi di ruas tol, menurutnya, hal itu tak terelakkan. Djoko mengatakan, yang terpenting, kemacetan tersebut tidak membuat kendaraan berhenti total, melainkan masih bisa melaju walau pelan. Sementara itu, lain cerita dengan jalur arteri. "Rekayasa lalu lintas di jalan arteri secara penuh, seperti pantura sulit untuk dilakukan. Jadi wajar durasi lama perjalanan saat mudik sulit dikendalikan," kata Djoko. Menghadapi arus balik, Djoko menegaskan agar para pemangku kepentingan memastikan tata kelola atau manajemen prioritas, waktu, serta informasi terkini kepada para pengendara. "Volume kendaraan arus mudik dan balik tidak jauh berbeda, namun durasi arus balik lebih lama ketimbang arus mudik," kata Djoko. "Arus balik lebih melandai, ditambah lagi ada tradisi lebaran ketupat di pantai utara Jawa dan peregangan masuk kerja dan sekolah," tambahnya. Jasa Marga mencatat sedikitnya 60 persen atau 1,2 juta kendaraan belum kembali ke Jabotabek setelah mudik Idul Fitri 2022. Data tersebut berdasarkan rekapitulasi selama 4 hari setelah Idul Fitri, yakni 3-6 Mei 2022. Angka tersebut merupakan angka realisasi kendaraan yang kembali ke Jabotabek via jalan tol, yang dibandingkan dengan kendaraan meninggalkan Jabotabek periode H-10 sampai dengan H1. “Kami mencatat total 2 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek pada H-10 sampai dengan H1 (hari Idul Fitri), atau pada 22 April-2 Mei 2022. Hingga kemarin, kami mencatat baru sekitar 815.000 kendaraan yang kembali ke Jabotabek,” ujar Corporate Communication and Community Development Group Head PT Jasa Marga, Dwimawan Heru, dalam keterangan resmi, Sabtu (7/5) malam. Jasa Marga memprediksi bahwa hari ini, Minggu (8/5), merupakan puncak arus balik. (La Aswan)

Topik:

arus mudik