Rebut Suara, Capres AS Donald Trump dan Kamala Harris Saling Serang, Siapa Keok?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 31 Juli 2024 1 jam yang lalu
Wakil Presiden AS Kamala Harris di Pittsfield, Mass., 27 Juli 2024 (kiri) dan calon presiden dari Partai Republik sekaligus mantan Presiden AS Donald Trump di St. Cloud, Minnesota, AS, 27 Juli 2024.
Wakil Presiden AS Kamala Harris di Pittsfield, Mass., 27 Juli 2024 (kiri) dan calon presiden dari Partai Republik sekaligus mantan Presiden AS Donald Trump di St. Cloud, Minnesota, AS, 27 Juli 2024.

Minnesota, MI - Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris saling serang untuk merebut suara para pemilih di negara bagian yang belum menentukan pilihan mereka. Persaingan diperkirakan terus memanas, menjelang pelaksanaan pemilu sekitar tiga bulan lagi.

Seratus hari menjelang pemilu presiden Amerika Serikat, calon presiden dari Partai Republik Donald Trump menggencarkan serangannya terhadap calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris dalam sebuah kegiatan kampanye di St. Cloud, Minnesota.

“Kita punya korban baru sekarang: Kamala. Jujur saja, dia adalah orang gila kiri yang radikal,” ujar Trump.

Harris pun menyerang balik Trump ketika berkampanye di Pittsfield, Massachusetts. “Anda mungkin telah memperhatikan bahwa Donald Trump melontarkan kebohongan menyesatkan tentang rekam jejak saya, dan apapun yang dia dan pasangannya katakan itu sangat aneh,” kata Harris.

Tim kampanye Harris mengatakan bahwa mantan jaksa itu telah mengumpulkan 200 juta dolar AS sejak didukung oleh Presiden Joe Biden. 66 persen dari dana itu disebutnya berasal dari para donatur pemula.

Gubernur New Hampshire, Chris Sununu, yang merupakan seorang anggota Partai Republik, memperkirakan bahwa antusiasme seputar pencalonan Harris akan mereda dalam waktu 30 hari.

Ia lantas menyarankan kampanye pasangan Trump-JD Vance untuk berfokus pada berbagai isu kebijakan, bukan malah menyerang secara personal.

“Tetaplah fokus pada apa yang membuat keresahan. Orang-orang sekarang resah karena mereka tidak bisa membayar tagihan mereka. Mereka resah karena merasa tidak aman di rumah atau lingkungan mereka. Hal-hal itulah yang akan mendorong mereka memilih Trump bulan November mendatang,” sebut Sununu.

Sementara Gubernur Maryland, Wes Moore, dari Partai Demokrat mengatakan bahwa ia meyakini visi Harris untuk masa depan akan membantunya memenangkan hati para pemilih yang masih ragu di negara-negara bagian kunci.

“Saya pikir, apa yang orang katakan sekarang adalah kita akhirnya bisa berbicara tentang pilihan yang dihadapi masyarakat dalam pemilu ini, bahwa publik melihat bukan hanya demokrasi saja yang dipertaruhkan. Tapi juga, fakta mengenai nilai-nilai dasar, bagaimana kita berpikir tentang kebebasan ekonomi, sedang dipertaruhkan,” jelas Moore.

Harris diperkirakan akan mengumumkan calon wakil presidennya sebelum Konvensi Nasional Partai Demokrat yang dijadwalkan pada bulan Agustus di Chicago.

Profesor ilmu politik June Speakman, yang juga seorang legislator negara bagian Rhode Island, mengatakan bahwa para kandidat biasanya memilih pasangan yang bisa menyeimbangkan pasangannya.

“Secara geografis sering kali demikian. Dia berasal dari Pantai Barat. Jadi, mari kita pilih seseorang dari wilayah Midwest yang bisa memberikan suara yang mungkin tidak akan dia dapatkan. Trump menyeimbangkan pencalonannya dengan seseorang yang jauh lebih muda darinya,” jelas Speakman.

Harris memiliki jadwal yang padat selama satu minggu ke depan, dengan salah satunya berkampanye di Atlanta, Georgia. Sementara Trump akan mengadakan kampanye di Pennsylvania, Nevada, dan Arizona dalam beberapa hari mendatang, menurut situs kampanye mereka.