Kompolnas Sebut Kapolres Malang Tak Perintahkan Penembakan Gas Air Mata di Kanjuruhan

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 5 Oktober 2022 06:30 WIB
Jakarta, MI - Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto menyebut, Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat tidak pernah memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan tembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10). "Tidak ada perintah dari Kapolres untuk melakukan penguraian massa dengan tindakan excessive dengan gas air mata, tidak ada," ujar Albertus di Malang, Selasa (4/10). Selain itu, Albertus juga mengatakan tidak ada perintah untuk menutup pintu stadion. Ia menambahkan hasil konfirmasi yang ia lakukan kepada Kapolres Malang, memang saat itu pihaknya sudah meminta agar 15 menit sebelum pertandingan selesai pintu keluar dibuka semua. Namun, pihak kepolisian juga tidak mengetahui mengapa ada pintu stadion yang masih terkunci. “Kami konfirmasi kepada kapolres bahwa tidak ada perintah untuk menutup pintu sehingga harapannya memang 15 menit (sebelum pertandingan berkahir) dibuka tetapi tidak diketahui mengapa ada pintu terkunci,” ungkapnya. Menurutnya, perintah itu sudah disampaikan Kapolres Malang saat agenda apel lima jam sebelum pertandingan dimulai. Albertus juga mengatakan Kompolnas melihat ada tindakan preventif yang sudah dilakukan dari internal kepolisian. Pihaknya melihat secara prosedur sudah dijalankan oleh Kapolres Malang. Diketahui, kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10) malam. Sebanyak 125 orang dilaporkan meninggal dunia, 302 orang mengalami luka ringan dan 21 orang mengalami luka berat. Kericuhan tersebut terjadi saat para suporter menyerbu lapangan, usai tim Arema FC kalah melawan Persebaya dengan skor 2-3. Akibat banyaknya suporter yang menyerbu lapangan sehingga aparat kepolisian merespons dengan cara menghalau dan menembakkan gas air mata. Beberapa kali gas air mata ditembakkan ke arah tribun. Namun tak di sangka tembakan gas air mata tersebut pun membuat para suporter panik, berlarian sehingga terinjak-injak dan tewas.