Hebat! Ayah dan Anak Raih Hadiah Nobel Kedokteran

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 7 Oktober 2022 15:29 WIB
Jakarta, MI - Pepatah mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitulah kira-kira sang ayah dan anak ini. Hal yang membanggakan, keduanya berhasil meraih Hadiah Nobel Kedokteran. Sang ayah bernama Sune Bergstrom, merupakan ahli biokimia Swedia. Ia mendapat Hadiah Nobel Kedokteran tahun 1975, untuk temuannya yang disebut Prostaglandin, yakni senyawa kimia khusus yang merangsang terjadinya berbagai proses generik dalam organ tubuh manusia. Sedangkan, sang anak bernama Svante Paabo, adalah ahli genetika purba. Ia meraih 3 Hadiah Nobel Kedokteran 2022, yang diumumkan Senin (3/10) lalu. Adapun yang ditemukan Paabo dkk ada 3 hal, yakni: Satu: Urutan genom (genome sequence) makhluk Neanderthal, homonin yang kerabat terdekat Sapiens; dan telah punah 40 ribu tahun silam. Menurut Panitia Nobel yang dikerjakan Paabo dkk ini adalah hal yang mustahil, terutama mencari tulang paha Neanderthal, ditemukan di daerah Kroasia, spesimen tulang dengan DNA lengkap. Dua: Homonin Denisova, ini baru saja diketahui, dan telah punah sekitar 40 ribu tahun silam, kerabat Sapiens juga, mirip Neanderthal dia, dahulu kala banyak hidup di Siberia. Tiga: Bidang studi baru yang disebut Paleogenomika (paleogenomics), yakni studi tentang genetika purba, khususnya makhluk-makhluk yang telah punah lama seperti Neanderthal dan Denisova di atas. Tapi juga puluhan jenis hominin dan hominid lain, termasuk gajah purba (mammoth) serta dinosaurus. Ketiga temuan Paabo dkk ini membuat lebih jelas rute dan tahap evolusi Sapiens, evolusi manusia modern (kita). Kini diketahui, Neanderthal dan Denisova telah menghuni Eurasia sejak 400 ribu tahun silam. Sapiens telah berada di Afrika semenjak 200 ribu tahun silam, dan sekitar 70 ribu tahun silam bermigrasi ke Timur Tengah dan lalu ke Eurasia. Sapiens kemudian berkohabitasi dengan Neanderthal dan Denisova di Eropa, Siberia, Mongolia, dan Tibet. Telah dijumpai, dalam diri orang Tibet ditemukan beberapa persen DNA Denisova yang membuat mereka kuat hidup di ketinggian ekstrim dengan oksigen tipis. DNA Neanderthal sendiri banyak dijumpai pada orang Melanesia, Aborigin, tapi juga pada orang Asia Timur (China, Korea, dan Jepang). Dengan semakin canggihnya teknologi genome sequencing, tidak lama lagi kita akan bisa mengetahui urutan genom semua orang, setiap orang di dunia serta mengetahui jumlah DNA Neandertal dan atau Denisova dalam diri kita masing-masing. Pengetahuan genetik pribadi ini akan menolong kita mengetahui profil kekuatan tubuh kita, kelemahan, imunitas, dan kekhasan biologis kita. Namun sekitar 40 ribu tahun silam, Neanderthal dan Denisova bersama-sama punah sesudah sekitar 20 ribu tahun lebih berkohabitasi dengan Sapiens di sejumlah wilayah dunia. Sebabnya belum begitu jelas. Para ahli menduga kerena kompetisi sengit atas sumber daya dengan Sapiens dalam cuaca dunia yang tidak bersahabat. Mengapa Sapiens bisa sintas berkembang sampai menguasai planet Bumi? Para ahli menduga, Sapiens berhasil mengembangkan beberapa perilaku positif yang memungkinkan Sapiens bekerja sama dalam jumlah besar sehingga mampu membangun kota, kerajaan, demokrasi, dan manajemen. Karena itu, temuan Paabo dkk ini membuka banyak portal lebar untuk mengetahui sejuta hal lagi tentang manusia, masa lalu, dan masa depannya. [Sihol]
Berita Terkait