Profesor Inggris Sebut Tragedi Kanjuruhan Murni Kebrutalan Polisi dan Buruknya Manajemen Stadion!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 7 Oktober 2022 15:22 WIB
Jakarta, MI - Media Amerika Serikat, The Washington Post melakukan Investigasi tentang penyebab dari terjadinya Tragedi Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur. Clifford Scott selaku Profesor di Keele University, Inggris yang mempelajari peran Polisi dalam penggemar Olahraga alias Policing of Sport fans turut memberikan pendapatnya tentang Insiden yang terjadi pada 1 Oktober 2022 tersebut. Setelah menerima Video yang diberikan oleh The Washington Post tentang Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Clifford Scott menegaskan penyebab dari Insiden berdarah ini adalah murni karena tindakan kebrutalan Polisi serta buruknya Manajemen Stadion. “Menembakkan Gas Air Mata ke Tribune penonton saat gerbang terkunci kemungkinan besar tidak akan menghasilkan apa-apa selain korban jiwa dalam jumlah besar,” ujar Clifford Scott, dikutip dari Washingtonpost.com, Jum'at (7/10). “Dan itulah yang terjadi,” lanjut Clifford Scott. Tidak hanya Clifford Scott, hal yang sama juga dikatakan oleh ahli Pengendalian Massa dan empat Advokat Hak Sipil yang berpendapat bahwa penggunaan Gas Air Mata oleh Polisi dilakukan tidak secara Proporsional. Selain itu, media yang berpusat di Washington DC, Amerika Serikat ini juga mewawancarai secara langsung salah satu korban yang pada saat itu berada di Stadion Kanjuruhan Malang. Elmiati selaku narasumber The Washington Post menceritakan dirinya pada saat itu menyaksikan laga antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang dan duduk didekat pintu keluar Tribune Nomor 13. Elmiati saat itu ditemani oleh sang suami serta anak lelakinya yang masih berumur 3 tahun. Elmiati menuturkan pada saat kejadian, Polisi terus menerus menembakkan Gas Air Mata ke tempat dirinya berada. Lebih lanjut, Elmiati berujar para penonton yang berada disekitar Tribune itu juga tidak mengetahui mengapa Polisi menyerang mereka dengan Gas Air Mata. “Terkena Gas Air Mata rasanya seperti terbakar. Mereka (Polisi) terus menembak ke Tribune… tetapi orang-orang disana tidak tahu apa yang terjadi. Padahal bukan kami yang berlari ke lapangan membuat kerusuhan,” ungkap Elmiati. Ketika Polisi tetap terus menyerang dengan Gas Air Mata, Elmiati terpisah dari suami dan anaknya akibat para Penonton yang Panik dan berlarian untuk menyelamatkan diri. Dampak dari Tragedi Stadion Kanjuruhan membuat Elmiati harus merelakan kepergian suaminya dan anaknya untuk selamanya. Sebagai informasi, Kapolri Listyo Sigit Prabowo pada Kamis 6 Oktober 2022 telah menetapkan enam tersangka dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Enam tersangka yang dimaksud yaitu Akhmad Hadian Lukita selaku Direktur LIB, Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris, Security Officer Arema Suko Sutrisno, Wahyu SS selaku Kabags Ops Polres Malang, H selaku Brimob Polda Jatim dan TSA selaku Kasat Samapta Polres Malang.