Pemred Monitor Indonesia Jadi Juri Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 PWI Pusat Bidang Karikatur

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 8 Februari 2023 15:15 WIB
Medan, MI - Pemimpin Redaksi (Pemred) Monitorindonesia.com Gatot Eko Cahyono (62) menjadi juri dalam Seminar Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 PWI Pusat Bidang Karikatur yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Mercure Medan, Selasa (7/2). Gatot Eko Cahyono dipilih menjadi salah satu juri di Bidang Karikatur itu bersama Yusuf Susilo Hartono, dan Doloroza Sinaga. Seminar Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 PWI Pusat ini digelar pada sela sebelum acara puncak Hari Pers Nasional 9 Februari 2023 ini turut dihadiri oleh para Wartawan, Mahasiswa, Karyawan dan Pemerintah Daerah (Pemda). [caption id="attachment_521173" align="alignnone" width="707"] Ketua Anugerah Jurnalistik Adinegoro PWI Pusat, Rita Srihastuti saat memberikan pengantar sebelum seminar dimulai (Foto: Istimewa)[/caption] Dalam seminar tersebut, Gatot mengatakan bahwa, Karikatur ''Thom Dean'' dari harian Kompas muncul sebagai pemenang Adinegoro, mengalahkan dari 105 karya Karikatur yang masuk karena mempunyai nilai yang tertinggi. Menurut Gatot, karya yang berjudul "Tragedi Bola" ini mempunyai pesan yang menyuara rasa prihatin kemanusiaan yang dalam dengan bahasa semoitika visual yang cerdas dan komunikatif. Digambarkan sebuah mata dengan bola sebagai kornea mata, kata Gatot, sementara lelehan air mata bergelimang banyak mayat. Kelucuan visual memang ada, tetapi menurut Gatot, kelucuan yang bukan mengundang tawa, namun kelucuan yang mengundang keprihatinan. "Ada satir atau kritik bahwa semoga kejadian tragedi bola di Kanjuruhan dengan korban 135 orang ini, tidak akan terulang lagi dan hal ini menjadi sejarah kelam sepak bola Indonesia terbesar bahkan dunia," ungkap Gatot. Karikatur, kata lanjut Gatot, sebagai karya jurnalistik adalah sebuah tajuk rencana dengan bahasa gambar, sejajar dengan tajuk rencana tulisan di media massa. "Biasanya karikatur punya pesan satir, kritik dibumbui unsur humor, agar yang dikritik tidak marah," ujar Gatot. Gatot menambahkwan, bahwa Karikaturis/Kartunis itu sebetulnya setengah seniman setengah wartawan, 50 persen ada ilmu seni rupa, 50 persen ada ilmu jurnalistik. Makanya, kata dia, untuk menjadi seorang karikaturis/kartunis harus bisa menggambar kemudian dipadukan dengan ilmu jurnalistik, jadilah karya karikatur/kartun opini. "Andai pun pena terbuat dari emas, belum tentu juga bisa menghasilkan karya karikatur yang berbobot, manakala tidak ada proses kreatif kecerdasan olah pikir dan rasa dengan baik," pungkas Gatot. (MI) #Pemred Monitor Indonesia