Imbas Harga Cabai dan Bawang Merah Naik, Pedagang Sambal Kemasan di Malang Kurangi Produksi

wisnu
wisnu
Diperbarui 12 Juni 2022 01:45 WIB
Malang, MI – Harga cabai dan bawang merah yang mengalami kenaikan, membuat pengusaha sambal di Malang, Jawa Timur memaksa mengurangi produksi. Penurunan produksi ini telah terjadi sejak awal Juni 2022, pasca harga cabai merah rawit menyentuh angka Rp90.000 per kilogramnya. Itu dirasakan Heni Wardhani, pemilik salah satu produk sambal di wilayah Malang, Jawa Timur. Mahalnya harga cabai membuatnya mengurangi jumlah pembelian cabai. Bila sebelumnya, dia memproduksi sambal membutuhkan satu kwintal cabai keseluruhan, saat harga cabai melambung dikuranginya hingga setengahnya. "Kita kurangi setengahnya, biasanya butuh satu kwintalnya tiap minggunya. Nggak banyak-banyak dulu, karena harganya juga mahal. Saya dapat dari pemasoknya Rp85.000," ucap Heni Wardhani wartawan, Sabtu (11/6). Harga cabai Rp85 ribu itu, kata Heni baru cabai rawit merah yang didapat dari pemasok, belum untuk harga cabai hijau kecil dan cabai merah besar. Dengan harga cabai tersebut, dia merasa kesusahan dalam menyiasati beban operasional produksinya. Saat harga cabai di atas Rp50.000 per kilogramnya saja dianggapnya sudah memberatkan. "Sempat turun di harga 55 ribu. Saya kalau di atas 50 (Rp 50.000 per kilogram) sudah agak payah, apalagi kalau rawit mahal, biasanya cabai besar merah agak turun, cabai ijo juga turun. Yang paling tinggi rawit, rawit itu (naiknya) 90 persen, tapi sekarang semuanya naik," ungkapnya. Imbas dari pengurangan belanja cabai, produksi sambal dengan merek Mama Ni di rumah miliknya, yang berada di Perumahan Plaosan Permai Estate, Kelurahan Pandawangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang pun turun. Penurunan produksi ini telah dia lakukan sejak awal bulan Juni 2022. Jika sebelumnya Heni mampu memproduksi 1.000 botol sambal dengan 23 varian rasanya, hal itu ia kurangi. "Kalau produksi kita tetap produksi setiap hari, cuma tidak nyetok banyak-banyak bisa sampai 1.000 sewaktu-waktu ada permintaan bisa langsung kirim, sekarang hanya memenuhi permintaan atau order," kata dia. Penurunan jumlah produksi juga dia lakukan di varian rasa sambalnya, dimana dari 23 varian rasa sambal yang biasanya tersedia, masing-masing rasa dia kurangi produksinya hingga setengahnya. Prioritas produksinya pun hanya pada varian rasa unggulan seperti rasa bawang merah, oseng tuna asap, cumi asap, dan cumi pelangi. "Sekarang kita bikin misalkan satu varian 100, kita kurangi 50, kita masih produksi dari semua, cuma nggak semua best seller, hanya produksi yang best seller, terus stok yang habis, biasanya sampai penuh sekarang nggak lagi," ujarnya. Selain harus menghadapi kenaikan harga seluruh jenis cabai, Heni mengaku kenaikan harga bawang merah juga cukup membuat usahanya kembang kempis. Menurutnya, kenaikan harga bawang merah dari tingkat pemasok saja sudah cukup tinggi di angka Rp43.000 per kilogram, untuk bawang merah kupas premium. "Bawang merah naik, yang kupas di pasar Rp50 ribu, kemarin didrop Rp43.000 ganti harga, itu kemarin nggak tahu hari ini. Saya dikirim Minggu, biasanya order Minggu atau Rabu, ini bahan bakunya naik semua," bebernya. Penurunan jumlah produksi berimbas pada permintaan stok dari sejumlah toko oleh-oleh yang belum bisa dipenuhinya. Ia terpaksa hanya memenuhi permintaan toko oleh-oleh dan pembeli sesuai dengan pesanan terlebih dahulu. Artinya jika tidak pesan sebelumnya, maka dia memutuskan tidak melakukan produksi sambal. "Ini ada permintaan dari toko oleh-oleh 650 botol itu belum saya buat, saya janjikan Minggu ini, karena masih pameran juga. Kalau toko oleh-oleh kita titip jual, stok kita ada di sana, pengirimannya kita kurangi dari permintaan 650 botol, yang masuk 13 varian, saya kirim 5 varian dulu, jadi nggak langsung semua dan harus by order, tidak bisa nyetok," terangnya. Dirinya berharap, kenaikan harga cabai seluruh jenis dan bawang merah ini bisa dikendalikan, serta dapat segera diturunkan. Mengingat bahan baku pangan ini salah satu yang utama dibutuhkan, sehingga pasokan dan harganya perlu terus dijaga.