Pakar Sawit: Perlu Ada Badan yang Mengatasi Masalah Minyak Goreng

No Name

No Name

Diperbarui 28 April 2022 22:51 WIB
Jakarta, MI – Mantan Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mendorong segera dibentuk satu badan sawit Indonesia sebagai solusi persoalan minyak goreng di tanah air. Badan ini, nantinya akan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. “Perlu sekali adanya suatu badan pemerintah yang beranggotakan ahli-ahli yang selalu dapat membaca tantangan dan memberikan jalan keluar yang baik bagi industri sawit,” ujar pakar sawit ini dalam Webinar Series Corona Mea Vos Estis (CMVE) yang dikutip, Kamis (28/4). Dia membandingkan badan sawit yang ada di Malaysia, yaitu MPOB, suatu otoritas yang berwenang melakukan tindakan-tindakan dan peraturan-peraturan, sehingga kementerian-kementerian lain tidak mencampurinya lagi. “Jadi kementerian-kementerian lain tidak mencampuri dan ikut bicara lagi soal industri sawit,” jelas dia. Sementara, lanjut dia, di Indonesia sendiri banyak terlibat Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, dan Kementerian Koordinator Perekonomian. Menurut dia, badan sawit Indonesia itu harus diisi oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat merumuskan berbagai ketentuan untuk diusulkan menjadi Undang-Undang yang akan dibahas di DPR RI. Dengan begitu, lanjut dia, misalnya akan ada UU yang mengatur cara-cara mengatasi minyak goreng dalam situasi apa pun juga baik ketika harga naik atau turun. Raja Minyak Sawit Dunia [caption id="attachment_427228" align="aligncenter" width="300"] Webinar Series CMVE bertajuk “Pembaruan Tata Kelola Industri Sawit di Indonesia, Sudah Mendesakkah?”.Hadir juga pembicaraan lain, yakni Founder dan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung, Ketua Umum DPP Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Tolen Ketaren, dan petani sawit Ridwan Sijabat.[/caption] Sementara, Tungkot Sipayung menambahkan, sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia, Indonesia menguasai 59 persen pangsa pasar minyak sawit dunia. Sedangkan Malaysia berada di urutan ke dua dengan pangsa pasar 25 persen. Untuk diketahui minyak sawit menguasai 43 persen pangsa minyak nabati dunia, disusul minyak kedelai 43 persen, minyak Rapeseed 14 persen, dan minyak bunga matahari 11 persen. “Sekarang ini, Indonesia sudah menjadi raja minyak sawit dunia, sekaligus raja minyak nabati dunia,” ujar Tungkot. “Sejak 2006 lalu, kita sudah kalahkan Malaysia. Kita sekarang nomor satu dunia sampai hari ini. Tapi implikasinya ini yang tidak pernah kita pikirkan, apa implikasinya menjadi nomor satu di dunia,” kata dia menambahkan. Menurutnya, mestinya tata kelolanya juga harusnya sudah nomor satu. Ilmu teknologi juga mestinya nomor satu, karena di Barat tidak ada kelapa sawit. “Ini menarik. Karena Indonesia dalah produsen terbesar minyak nabati sawit di dunia, maka berapa besar volume ekspor Indonesia, berapa banyak yang kita hasilkan dan dijual ke pasar internasional akan mempengaruhi pergerakan harga minyak nabati dunia,” tegasnya. Indonesia juga sekaligus merupakan konsumen terbesar minyak sawit dunia dengan total komsumsi (30 persen), disusul Uni Eropa (13 persen), India (16 persen), China (14 persen) dan lainnya. “Ini punya implikasi juga, satu sisi kita adalah produsen nomor satu, di sisi lain kita konsumen terbesar juga. Ini ada plus dan minusnya,” jelasnya. “Plusnya kita punya pasar yang besar di dalam negeri. Minusnya adalah ketika seperti sekarang ini harga di internasional naik maka mau tidak mau harga di dalam negeri terikut naik,” pungkasnya. Tentang CMVE Corona Mea Vos Estis (CMVE) adalah sebuah perkumpulan para mantan siswa Seminari Pematangsiantar, yang anggotanya berjumlah ribuan tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri. “Corona Mea Vos Estis” merupakan ungkapan bahasa Latin yang artinya “Engkaulah Mahkotaku”. CMVE sudah berdiri sejak tahun 1990-an yang anggotanya mengemban berbagai profesi, mulai dari birokrat di pemerintahan, advokat, TNI dan Kepolisian, konsultan, akademisi, dan lain-lain, hingga rohaniwan. Kali ini CMVE mengambil peran sebagai salah satu lembaga think tank yang memberi masukan konstruktif dan saran konkret untuk kemajuan bangsa Indonesia serta senantiasa mendorong pengelolaan industri sawit yang memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan yang mengacu pada United Nations Development Goals 2030.

Topik:

minyak indonesia badan minyak sawit