Hari Keluarga Nasional Momentum Menjaga Nilai Nilai Keagamaan

No Name

No Name

Diperbarui 29 Juni 2023 12:46 WIB
Oleh Nevi Zuairina Irwan Prayitno Anggota DPR RI FPKS – Komisi VI Dapil Sumbar II Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1993 silam, telah menepatkan bahwa tanggal 29 Juni menjadi Hari Keluarga Nasional (Harganas). Pada masa itu, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Profesor Dr. Hayono Suyono menyampaikan usulan kepada Presiden RI Soeharto untuk menetapkan bahwa tanggal 29 Juni dirayakan sebagai Harganas. Usulan Prodl Hayono diterima oleh Soeharto dan menyebutkan bahwa Harganas merupakan perwujudan pentingnya arti keluarga terhadap upaya memperkuat ketahanan nasional Kini setelah berpuluh tahun berlalu, meski tidak seperti perayaan hari hari penting lainnya, peringatan Hari Keluarga Nasional tahun ke tahun tetaplah penting untuk diperingati. Bagi kita orang Indonesia, keluarga adalah sebuah lingkungan dan kesatuan orang orang dalam skala terkecil yang harus dirawat dan dijaga. Keluarga juga menjadi tempat bagi semua anggotanya baik Ayah, Ibu dan Anak anak untuk saling memahami dan menanamkan nilai nilai kehidupan, bermasyarakat dan menanamkan nilai nilai keagamaan. Saya teringat pidato Presiden SBY saat peringatan Hari Keluarga Nasional Tahun 2012 silam. Pada saat itu, Saya masih menjadi Ketua Tim Penggerak PKK Propinsi Sumbar mendampingi suami saya Prof. Irwan Prayitno yang menjabat sebagai Gubernur Sumbar periode 2010-2020 silam. Presiden SBY pada waktu itu menekankan pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk karakter anak dengan menanamkan nilai nilai keagamaan. Nilai nilai sosial, Dogma dogma agama dan adat ketimuran adalah karakter bangsa Indonesia yang sangat menjunjung tinggi etika dan kesopanan. Semua itu berbasis pada ajaran agama sebagaimana diatur dalam ajaran masing masing kepercayaan yang dilindungi oleh negara. Saya mencatat, terdapat tiga hal penting mengenai keluarga. Pertama, adalah sikap saling menghargai satu sama lainnya, kedua keluarga sebagai ruang komunikasi dan ketiga keluarga sebagai alat perjuangan. Ditengah situasi nasional saat ini, meski pandemi Covid sudah dinyatakan berakhir, namun belum sepenuhnya bisa dikatakan bahwa kondisi masyarakat sudah stabil. Jujur kita akui bahwa sejak tahun 2020 lalu, semua pranata sosial dan kemasyaratan kita mengalami goncangan akibat terjadinya bencana virus Covid19 yang melanda semua negara di dunia. Indonesia sendiri adalah negara yang terdampak cukup parah dan harus menghadapi angka kematian dan positif Covid yang sangat tinggi. Pada masa itu, keluarga terbukti menjadi ekosistim terkecil yang mampu mengatasi dampak buruk pandemi karena setiap orang menyadari bahwa dengan kembali ke lingkup terkecil (keluarga) menjadi sangat efektif dalam menjalankan fungsi kontrol dan edukasi kepada semua anggota keluarga mereka. Momentum Hari Keluarga Nasional ini harus dimanfaatkan guna kembali menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa keluarga sebagai sebuah lingkup masyarakat terkecil yang menjadi kekuatan dan modal utama dalam pembangunan manusia dan bangsa. Keluarga menjadi instrumen yang paling krusial dan sangat penting dalam penciptaan ingkungan kehidupan sosial seseorang yang lebih baik. Peran penting kepala keluarga dalam hal ini dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada anak anak selaku anggota keluarga dalam menghadapi situasi sosial dan lingkungan yang buruk harus dapat dirasakan dan harus dioptimalkan. Keluarga yang harmonis dan dinamikanya terjaga terbukti menjadi benteng utama pertahanan dari buruknya pengaruh sosial yang kian menghawatirkan. Saya berharap dengan adanya perayaan Harganas tahun ini hendaknya juga menjadi momentum bagi semua keluarga Indonesia untuk kembali bersama sama menjaga diri dan anggota keluarga agar terhindar hal hal buruk yang membuat kerusakan kian parah. Satu hal yang penting disadari dalam kondisi saat ini adalah, bahwa keluarga juga adalah institusi pendidikan yang paling efektif dalam memelihara moral dan prilaku setiap anggotanya. Keluarga juga merupakan lingkup pendidikan yang memiliki aspek kedekatan emosional yang sangat penting dalam merawat kelangsungan hidup individu anggotanya. Adanya ungkapan di tengah masyarakat bahwa sikap dan tindakan yang dilakukan oleh seorang anak merupakan cerminan didikan di dalam lingkungan keluarganya tentu saja tidak bisa dinafikan dan diabaikan begitu saja. Keluarga memiliki peran penting dalam menanamkan kebiasaan dan pola tingkah laku, serta menanam nilai, agama, dan moral sesuai dengan usia dan kultur yang dianut. Untuk itu, peran kepala keluarga (Ayah dan Ibu) dalam mendidik anak sejak dini itu sangatlah penting. Namun, peran orang tua dalam pembentukan karakter anak tidak bisa berjalan sendiri. Hal itu harus sejalan dengan pendidikan yang ditempuh dan dilalui anak diluar rumah. Selain di lingkungan keluarga, seorang anak juga mendapatkan pendidikan lewat sekolah dan jalur non formal lainnya. Dua hal itu harus sejalan dan terarah karena untuk mencapai suatu tujuan keluarga baik pola pendidikan menjadi kunci pembentukan karakter anak. Disisi lain, meski sangat menakutkan, namun hadirnya pandemi selama dua tahun lalu telah memberi efek positif pada sisi ketahanan keluarga. Pandemi yang memaksa setiap orang untuk berdiam diri di rumah telah membuat waktu setiap individu dalam keluarga menjadi lebih banyak untuk berinteraksi satu dengan lainnya yang tentu saja semakin meningkatkan kualitas hubungan antar sesama anggota keluarga. Karena itu, ketahanan keluarga ini menjadi hal yang penting diperhatikan karena semakin baik ketahanannya, maka akan semakin baik cara dan sikap keluarga menghadapi setiap perubahan yang ada. Keakraban yang terjalin dalam keluarga diyakini dapat mencegah Indonesia berada dalam situasi krisis sekaligus memastikan keluarga tetap tangguh. Selamat Hari Keluarga Nasional tahun 2023, Bangun Komunikasi Akrab antar sesama anggota keluarga untuk Indonesia yang lebih maju dan lebih baik. ***

Topik:

-