Abdul Mu’ti: Pengajaran Bahasa Indonesia Harus Kreatif, Kritis, dan Bentuk Karakter

Rizal Siregar
Rizal Siregar
Diperbarui 24 Juni 2025 14:40 WIB
Mendikdasmen  Abdul Mu'ti dalam kegiatan bertajuk Pak Menteri Menyapa Guru Bahasa Indonesia. (foto. Rizal)
Mendikdasmen Abdul Mu'ti dalam kegiatan bertajuk Pak Menteri Menyapa Guru Bahasa Indonesia. (foto. Rizal)

Jakarta, MI - Pengajaran Bahasa Indonesia tidak boleh lagi sekadar normatif dan membosankan. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menegaskan perlunya transformasi menyeluruh dalam cara guru mengajar bahasa dan sastra Indonesia, agar lebih menyenangkan, membentuk karakter, dan menumbuhkan daya pikir kritis siswa.

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyelenggarakan kegiatan bertajuk "Pak Menteri Menyapa Guru Bahasa Indonesia" di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta, Selasa (24/6/2025). 

Acara ini menghadirkan Mendikdasmen Abdul Mu’ti sebagai pembicara utama, dan menjadi ruang dialog antara pemerintah dengan para guru serta mahasiswa calon pendidik Bahasa Indonesia.

Sebanyak 250 peserta hadir secara luring, terdiri dari guru-guru bahasa Indonesia se-Jabodetabek, mahasiswa, dan pejabat Kemendikdasmen. Sementara itu, lebih dari 5.000 peserta mengikuti kegiatan ini secara daring dari berbagai daerah di Indonesia.

“Poin saya bagaimana mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia itu dengan mudah dan menyenangkan,” ujar Abdul Mu’ti di hadapan peserta. “Kami melihat perlu adanya pengembangan strategi mengajar bagi para guru Bahasa Indonesia agar siswa merasa terlibat dan menikmati proses belajar.”

Mu’ti menjelaskan, kegiatan ini dilandasi keprihatinan terhadap model pembelajaran yang selama ini masih kaku, kurang inovatif, dan belum mampu menumbuhkan minat siswa terhadap bahasa dan sastra. Menurutnya, pembelajaran Bahasa Indonesia seharusnya tidak hanya fokus pada tata bahasa, tetapi juga menjadi instrumen pembentukan karakter dan empati.

“Fakta di lapangan menunjukkan masih rendahnya kompetensi literasi membaca siswa. Data Asesmen Nasional 2024 memperlihatkan bahwa hasil mereka masih di bawah ambang ideal. Begitu pula hasil Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) dari 2021 hingga 2024, mayoritas siswa SMP, SMA, dan SMK belum mencapai tingkat kemahiran yang memadai,” tegasnya.

Mu’ti pun menekankan pentingnya pendekatan kreatif dalam pembelajaran bahasa. “Kita harus mulai mengajarkan bahasa dengan pendekatan logika dan berpikir kritis. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi juga sarana berpikir. Maka, pengajaran bahasa harus melibatkan logika dan membentuk cara berpikir siswa,” katanya.

Lebih lanjut, Abdul Mu’ti menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi keadaban berbahasa di ruang publik. Menurutnya, penyebaran bahasa kasar dan tidak santun sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan di ruang-ruang resmi seperti kantor pemerintahan.

“Ini sudah sampai pada tingkat yang serius. Orang berbicara dengan kata-kata jorok dan kasar itu seperti sudah jadi hal biasa. Bahkan di kantor-kantor negara, bahasa Indonesia belum digunakan secara disiplin,” ungkapnya.

Ia pun mengajak seluruh guru dan pemangku kepentingan pendidikan bahasa untuk memperkuat kebijakan nasional dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. “Melalui forum ini, kami ingin menyatukan pemahaman dan menampung langsung aspirasi dari para guru yang berada di garda terdepan pendidikan,” ujarnya.

Kegiatan Pak Menteri Menyapa Guru Bahasa Indonesia menjadi salah satu upaya konkret Kemendikdasmen dalam menghidupkan kembali semangat pengajaran bahasa yang tidak hanya komunikatif, tetapi juga membentuk generasi yang cerdas secara bahasa dan beradab dalam bertutur.

Topik:

Bahasa Mendikdasmen Abdul Mu'ti Guru bahasa