Politikus PDIP Ajari Amien Rais Bedakan Sindrom Megalomania dengan Ide Besar

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 3 April 2022 14:56 WIB
Jakarta, MI - Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dengan menduga mereka mengidap sindrom narsistik megalomania. Menanggapi hal itu, politikus PDIP Hendrawan Supratikno mengajari Amien Rais membedakan antara sindrom megalomania dengan ide besar. Hendrawan mengatakan ide besar dibutuhkan saat sedang menyusun strategi di tengah dinamika lingkungan. “Harus dibedakan antara ide besar (great ideas) dengan sindrom megalomania. Ide besar dibutuhkan sebagai bagian dari strategi dan navigasi di tengah turbulensi dan dinamika lingkungan. Kita tidak boleh terpaku pada status-quo. Konsistensi dan daya adaptasi harus dimainkan secara harmonis dan sinergis," ujar Hendrawan kepada wartawan, Minggu, (3/4). Meski demikian, Hendrawan meminta kritik Amien Rais itu ditanggapi secara obyektif. Dia pun memaklumi gaya kritik Amien Rais yang biasa menggunakan diksi keras. "Orang yang bijaksana menjadikan kritik sebagai cara atau instrumen untuk mawas diri. Dengan demikian, kritik keras Amien Rais harus kita tempatkan secara obyektif dan proporsional. Soal diksi-diksi keras yang digunakan, kita pahami itu memang 'nada dasar' irama Amien Rais," paparnya. Ketua DPP PPP Ahmad Baidowi (Awiek) menyebut sebenarnya kritik adalah hal yang biasa. Hanya saja, dia meminta Amien Rais tak sembarangan dalam mengkritik seseorang. "Ya sebagai sebuah kritik hal-hal yang biasa saja, hal yang wajar. Tetapi, kritik itu pakai data yang konkrit gitu dan tidak menuduh, tidak sembarangan," kata Awiek. Awiek yakin Amien Rais tahu bagaimana mengkritik Jokowi secara benar. Awiek berharap Amien Rais bisa memberi kritik yang membangun. "Saya yakin Pak Amien sebagai politisi senior dan juga guru besar di salah satu universitas ternama, itu ya harusnya tahu lah bagaimana mengkritik dan tidak perlu menuduh Pak Jokowi paranoid dan semacamnya," tuturnya. "Toh terkait dengan wacana pemilu penundaan itu semua kan belum tentu dari Pak Jokowi. Apalagi Pak Jokowi sudah clear bahwa taat konstitusi. Ya sebaiknya Pak Amien memberikan kritik yang konstruktif berdasarkan data. Ya kalau memang 2024 berakhir berarti masa jabatan Pak Jokowi sampai 2024," sambung Awiek. Waketum PKB Jazilul Fawaid menganggap pernyataan Amien Rais yang menyebut Jokowi dan Luhut mengidap sindrom narsistik megalomania itu provokatif. Menurutnya, Jokowi bekerja dengan keras sehingga pantas mendapat pilihan kata yang jauh lebih baik. "Pernyataan provokatif, bahkan menyerang pribadi Pak Jokowi dan Pak Luhut. Apa tidak ada pilihan kata yang lebih pantas untuk Presiden yang bekerja keras? Mari kita jaga lisan kita. Kata pepatah, mulutmu harimaumu," ucap Jazilul. Jazilul memberi pesan kepada Amien Rais. Jazilul ingin Amien Rais memberi nasihat yang baik demi kebaikan bersama. "Pak Amien, ini bulan mulia, jika anda tokoh agama, tolong hindari bicara yang menyinggung perasaan. Berilah nasihat dengan cara yang baik untuk kebaikan bersama," pesannya. Sebelumnya, Amien Rais menyebut Jokowi dan Luhut mengidap sindrom narsisistik megalomania, sindrom yang membawa diri seseorang merasa paling sempurna. "Jadi saudara sekalian, memang seorang pemimpin, seorang presiden, itu ada kemungkinan mendapatkan sindrom narsisistik megalomania. Narsisistik itu adalah seseorang yang merasa akulah yang paling sempurna, akulah yang paling benar, akulah yang paling tahu segala macam persoalan, orang lain lebih bodoh, orang lain tidak bermutu, dan lain-lain," ucapnya. Amien lantas menyarankan Jokowi-Luhut untuk pergi ke psikolog. Untuk memastikan apakah Jokowi-Luhut mengidap apa yang dia sebut itu. "Megalomania itu membayangkan yang besar-besar, saya lihat ini, maaf ya Saudara Jokowi dan Luhut, Anda berdua ini harus mengaca diri, tanya kepada psikolog-psikolog yang objektif apakah kalian berdua itu sedang menderita narsisistik megalomania tadi. Kalau iya, tentu memohon ampunlah kepada Allah, kepada Tuhan, karena ini bisa bawa bahaya luar biasa," ujarnya. “Jadi bayangkan kalau orang sudah kena halusinasi kemudian diekspresikan, dihijaulantahkan sindrom narsistik tadi dalam alam riil.” "Maka saya kira sebagian besar bangsa akan mengelus dada, bangsa kita ini bisa melahirkan pemimpin-pemimpin keluar yang saya kira DNA-nya itu keluar dari DNA bangsa kita. Jadi menurut saya aneh-aneh itu ya," tambahnya. (La Aswan)