Covid-19 Naik Bukti Pandemi Masih Dinamis, legislator: Epidemolog Hati-Hati Komunikasi Publik

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 21 Juni 2022 10:46 WIB
Jakarta, MI - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengingatkan semua pihak agar serius mewaspadai lonjakan kasus Covid-19 yang masih dinamis. Legislator PDI Perjuangan ini mengatakan, kenaikan Covid 19 pada minggu terakhir ini, menunjukkan bawa sebenarnya Covid-19 masih sangat dinamis an dan juga tidak bisa diprediksi. “Pandemi masih berlangsung dan sulit ditebak kapan berakhir. Dalam kondisi yang serba tak pasti ini, kita harus berhati-hati, tingkatkan kewaspadaan, jangan terlalu cepat menganggap Covid-19 sudah tidak ada atau tidak berbahaya lagi. Anggapan seperti itu salah besar, karena Covid-19 masih beresiko, khususnya bagi lansia,”kata Rahmad Handoyo kepada Monitor Indonesia.com, Selasa (21/6). Rahmad mengatakan, dalam kondisi pandemi yang belum menentu ini, pihaknya akan mendorong pemerintah agar mewanti-wanti masyarakat bahwa situasi dan kondisi perlu perhatian. “Sekali lagi, pandemi masih dinamis sehingga lonjakan sangat memungkinkan. terlebih minggu lalu ditemukanvarian Omicron BA.4 dan BA.5. H. Kita tahu varian ini cepat menular meski gejala beratnya tidak seberat Omicron varian lainnya bukan berarti kita berleha leha,” bebernya. Menambahkan keterangannya, politisi asal Boyolali, Jawa Tengah ini mengaku cukup terusik dengan pernyataan para epidemiolog yang menyarankan pemerintah agar kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut. Apalagi di ungkapkan saat ini sudah tidak darurat. Hal ini diungkapkan menyusul adanya peningkatan kasus harian Covid-19 beberapa pekan belakangan. "Saya tujukan kepada epidemiolog yang diajak diskusi oleh pemerintah beberapa waktu lalu, yang mengusulkan untuk PPKM dihapus, saya kritik keras ini," katanya. Lebih jauh, Rahmad mengatakan, ia justru menyangsikan etika komunikasi epidemiolog tersebut dengan menyebut saat ini tak lagi darurat diberlakukan PPKM. Apalagi, melihat situasi saat ini yang dihadapkan dengan peningkatan kasus Covid-19. "Saya kira para epidemolog juga harus lebih hati-hati terutama yang kemarin diajak diskusi soal rekomendasi PPKM untuk dihentikan atau diganti dengan yang lain," ujarnya. Menurut Rahmad, pernyataan itu sedikit banyak akan menganggu psikologis masyarakat. Bisa saja kata dia, masyarakat berpikir seolah-olah Covid-19 sudah tidak ada. Seolah-olah Covid-19 sudah bisa dikendalikan dengan baik dan tidak terjadi lonjakan. Masih menurut Rahmad, pemerintah harus tetap meningkatkan vaksinasi, karena secara nasional masih dibawah standar WHO 70 persen untuk vaksin lengkap Dikatakan, pada bulan Juni ini, jumlah vaksinasi belum sampai 63 persen. Termasuk capaian vaksin boster juga masih rendah. “Kita harus kerja bersama sesama dan secara terus menerus menggiatkan vaksinasi, serta tracing testing harus agar bisa dideteksi dan meningkatkan surveillance sedini mungkin,”ujarnya. Yang terakhir, kata Rahmad, masyarakat dan pemerintah masih perlu mengencangkan protokol kesehatan. “ Meski ada pelonggaran dan penyesuaian di tempat umum tidak wajib memakai masker bukan berarti bebas tidak bermasker kan tidak wajib artinya sukarela, tapi tetap disarankan pakai masker di tempat umum di ruang tertutup wajib,”katanya.

Topik:

Covid-19