Presiden Sri Lanka Mundur, Anthony Budiawan: Masyarakat Punya Hak Penuh Turunkan Presiden Gagal!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 10 Juli 2022 13:12 WIB
Jakarta, MI - Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan mengatakan bahwa rakyat mempunyai hak penuh untuk menurunkan pemimpin negara yang dinilai gagal dan menyulitkan kehidupan rakyatnya sendiri. Hal itu ia ungkapkan guna merespons mundurnya Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa setelah para pengunjuk rasa menggeruduk istana presiden. Bahkan ia dikabarkan melarikan diri dari kediaman resminya. "Rakyat mempunyai hak penuh menurunkan presiden yang gagal dan menyulitkan kehidupan masyarakat. Ini merupakan hak Kedaulatan Rakyat, hak tertinggi dalam bernegara, sah menurut konstitusi. Ini bukan pemberontakan, tapi kebangkitan rakyat melawan tirani," kata Anthony melalui tweetnya seperti dikutip Monitorindonesia.com, Minggu (20/7). Anthony menambahkan bahwa hal itu merupakan bentuk people power yang artinya adalah wujud melawan pemerintahan yang sewenang-wenang, wujud kebangkitan Kedaulatan Rakyat melawan diktator dan tirani. "Presiden seharusnya memenuhi tuntutan rakyat, mundur: bukan malah melarikan diri, karena akan terus dikejar," tegas Anthony. Diberitakan sebelumnya, bahwa Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari kediaman resmi pada Sabtu (9/7), beberapa saat sebelum para pengunjuk rasa menggeruduk area tersebut. Massa menyerbu kediaman sang presiden dengan penuh amarah karena negara bangkrut. Rajapaksa disebut melarikan diri dengan dibantu para pengawal yang melepaskan tembakan ke udara demi menahan massa. "Presiden dikawal ke tempat yang lebih aman," kata seorang sumber penting kepada AFP secara anonim. "Dia tetap menjadi presiden, dan saat ini dilindungi oleh pasukan militer," imbuhnya. Polisi memperkirakan ratusan ribu orang berkumpul di jalanan sekitar kediaman presiden. Mereka menuntut Rajapaksa mundur karena gagal mengurus pemerintahan sehingga mengalami krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tak lama setelah sang presiden pergi, massa menyerbu gerbang hingga berhasil masuk ke istana presiden. Beberapa orang melakukan siaran langsung di media sosial yang menunjukkan suasana di kompleks istana. Ratusan orang terlihat berjalan menyusuri istana, dan beberapa di antaranya juga tampak riuh melompat ke kolam kompleks. Sebagian lain terlihat tertawa dan bersantai di kamar tidur megah gedung tersebut. Selain itu, pengunjuk rasa juga menduduki kantor Gotabaya Rajapaksa tidak lama setelah mereka menggeruduk istana presiden. Kaburnya Presiden Sri Lanka dari simbol kekuatan negara itu tak pelak menimbulkan pertanyaan terkait keinginan Rajapaksa untuk tetap menjabat. Salah satu pejabat level atas mengatakan saat ini mereka tidak mengetahui keberadaan Rajapaksa dan masih menunggu instruksi selanjutnya. "Kami sedang menunggu instruksi," kata pejabat level atas. "Kami masih tidak tahu di mana dia, tapi kami tahu dia aman bersama Angkatan Laut Sri Lanka," imbuhnya. Peristiwa itu menyebabkan tiga orang dirawat di rumah sakit akibat tertembak. Sementara itu, 36 orang lainnya juga dilarikan ke rumah sakit wilayah Kolombo usai menderita kesulitan bernapas akibat rentetan tembakan gas air mata di dekat kediaman presiden. Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, yang akan menjadi presiden jika Rajapaksa mundur, mengadakan rapat kabinet mendesak untuk membahas resolusi cepat terhadap krisis politik yang terjadi. Ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan Sri Lanka mencuat beberapa pekan terakhir, dipicu kondisi negara yang bangkrut. Situasi itu berimbas kepada sejumlah sekolah ditutup hingga penjatahan bensin dan diesel hanya untuk layanan penting. [Ode]
Berita Terkait