80 Persen Hidup Rumah Sakit dari BPJS, Tapi Masih Melakukan Kecurangan

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 9 Desember 2023 00:15 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo (Foto: Ist)
Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo, menilai hidup atau tidaknya kebanyakan rumah sakit (RS) di Indonesia tak terlepas dari kerjasama yang dilakukan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. 

Karena itu menurutnya, dugaan kecurangan dari klaim palsu yang ditemukan oleh BPJS Kesehatan dengan nilai mencapai Rp 866 miliar sangat tak masuk akal. 

"Jadi gak masuk akal ketika hidup mereka (RS), nafas mereka tergantung BPJS masih melakukan kecurangan-kecurangan," kata Rahmad saat dihubungi Monitorindonesia.com, Jumat (8/12).

Politikus PDI Perjuangan itu meminta pemerintah dan BPJS Kesehatan untuk membongkar dugaan fraud atau kecurangan yang terjadi di RS. 

"Apakah mereka bisa hidup karena kecurangan-kecurangan itu? Kan mesti kita bongkar," ujarnya. 

Padahal, kata dia, selama ini rumah sakit di Indonesia bisa bertahan karena besarnya kontribusi yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. 

"Toh pada nyatanya 90 persen atau 80 persen hidupnya rumah sakit itu kan tergantung dengan BPJS," tukasnya. 

Untuk itu, dia menekankan kepada BPJS Kesehatan agar segera mengusut tuntas dugaan kecurangan tersebut. Dan apabila terbukti, ia mendesak agar memutus hubungan kerjasama dengan RS yang melakukan kecurangan. 

"Kepada BPJS Kesehatan, saya kira tidak boleh berleha-leha, kalau ternyata ditemukannya fakta dan nyata fraud itu ditemukan ya lebih baik ya diputus aja, udah punishmentnya gitu aja putus," tegasnya. 

"Mereka akan tangis dan meraung-raung menangisnya ketika diputus oleh BPJS Kesehatan karena 80 persen mayoritas hidup rumah sakit dari BPJS," pungkasnya. (DI)