Calegnya Mundur Usai Peroleh Suara Terbanyak, Pengamat: NasDem Arogan

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 14 Maret 2024 12:25 WIB
Bendera Partai NasDem (Foto: Ist)
Bendera Partai NasDem (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Pengamat Politik Citra Institute Efriza, menyoroti soal mundurnya calon legislatif (caleg) asal Partai NasDem yang memperoleh suara terbanyak di daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur (Dapil NTT) II menjadi tanya besar bagi masyarakat NTT khususnya. 

Sebab, dengan mundurnya Ratu Ngadu Bonu Wulla secara otomatis membuat mantan gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat yang memperoleh suara terbanyak kedua dari partai NasDem yang akan menggantikan posisinya di kursi DPR RI. 

Padahal, Pileg pada Dapil NTT II, Viktor hanya memperoleh 65.359 suara, sedangkan Ratu yang semestinya terpilih justru memutuskan mundur dari pencalonan, meski dirinya memperoleh suara 76.331 pada Pemilu 2024.

Melihat fenomena tersebut, Efriza menduga bahwa Nasdem terlalu menganakemaskan mantan gubernur NTT itu. Sehingga sikap partai tersebut seakan-akan secara sengaja menghendaki adanya kultur dinasti politik. 

"Partai Nasdem jika menganakemaskan Viktor, amat keliru. Sebab dengan memuluskan Viktor malah menunjukkan partai ini membiarkan terbangunnya kultur dinasti politik," kata Efriza saat berbincang-bincang dengan Monitorindonesia.com, Kamis (14/3/2024). 

Bahkan kata Efriza, tak hanya sekadar dinasti politik yang sedang dibangun, tetapi dengan menyingkirkan Ratu, Partai NasDem telah menyia-nyiakan suara rakyat terbuang sia-sia. 

"Menyingkirkan Ratu menunjukkan partai Nasdem telah mengabaikan suara rakyat," ujarnya. 

Karena kata Efriza, tidak mungkin mundurnya Ratu ditenggarai atas keinginannya sendiri, pasti ada dorongan besar yang memaksanya untuk mengundurkan diri setelah ia memperoleh suara terbanyak. 

"Tindakan Ratu ini sepertinya patut dicurigai bukan atas kehendaknya sendiri. Sikap Ratu ini ditenggarai ada dorongan dari Partai Nasdem," ucapnya. 

"Jika memang benar mundurnya ini mengikuti arahan partai Nasdem, maka partai Nasdem telah melakukan tindakan yang buruk karena tidak adanya perlakuan yang sama sebagai kader," lanjutnya. 

Lebih lanjut, Efriza menilai, jika benar terbukti bahwa NasDem terlibat atas mundurnya Ratu maka, Partai yang diketuai oleh Surya Paloh pantas dicap arogan, karena telah mengabaikan mekanisme Pileg. 

"Jika benar ada dorongan dari partai Nasdem dari peristiwa ini maka, sikap partai Nasdem juga arogan. Partai ini telah mengabaikan mekanisme pemilihan anggota legislatif dengan daftar calon terbuka," tegasnya. (DI)