Selamat Sianipar, Korban Tragedi Kemanusiaan di Toba Meninggal Dunia

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 1 Agustus 2021 22:48 WIB
Toba, Monitorindonesia.com - Pasien Covid-19 yang viral dipukuli massa di desa Pardomuan, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba pada Jumat (23/7/2021) lalu, Selamat Sianipar dikabarkan meninggal dunia Minggu (1/8/2021) sekitar pukul 16.30 WIB. Pasien yang awalnya menjalani isolasi mandiri di sekitar kawasan hutan itu menghembuskan nafas terakhir di RSU Adam Malik Medan. Kematian Selamat Sianipar memenuhi group media sosial di Kabupaten Toba dan pertama sekali diposting oleh akun atas nama Albert Siagian di akun group Toba Unggul dan Bersinar. “Salamat jalan uda Selamat Sianipar. Salamat jalan uda Selamat Sianipar, berbahagialah di sisi kanan Tuhan,” tulis Alrbert dalam caption postingannya. Postingan Albert langsung dipenuhi ucapan turut berduka cita dari para netizen. Meninggalnya Selamat Sianipar tentu membawa pesan kemanusiaan yang dalam bagi bangsa ini dimana saat menjalani isolasi mandiri harus mendapatkan perlakukan penganiayaan massa dimana ia tinggal. Meninggalnya Selamat Sianipar merupakan tragedi kemanusiaan yang layak menjadi catatan penting di masa pendemi Covid-19. Banyak masyarakat menyayangkan tindakan pemukulan yang terjadi terhadap Selamat waktu itu. Para netizen juga meminta agar proses hukum dilakukan secara tegas kepada para pelaku pemukulan terhadap Selamat Sianipar. Direktur RSUD Porsea, dr Tommy Siahaan ketika dikonfirmasi membenarkan kabar meninggalnya Selamat Sianipar di RSU Adam Malik. “Benar, dia meninggal dunia sekira pukul 16:30 tadi sore di rumah Sakit Adam Malik Medan,” ujar Tommy sebagaimana dilansir dari Waspada. Setelah tim medis melakukan tes PCR terhadap Selamat Sianipar, hasilnya korban pemukulan positif Covid-19. Kondisi Selamat semakin memburuk ditambah gangguan jiwa sehingga tidak memungkinkan dirawat di RSUD Porsea. Selamat dirujuk ke RS Adam Malik, Selasa (28/7/2021) lalu. Tim medis pun langsung melakukan observasi. Namun setelah beberapa hari dirawat di RS Adam Malik Selamat tak bisa diselamatkan. Sebelumnya, Kasubbag Humas Polres Kabupaten Toba Iptu Bungaran Samosir menjelaskan, peristiwa penganiayaan Salamat Sianipar dipicu kemarahan warga karena ulah pasien Covid-19. Salamat Sianipar yang diduga depresi mencoba mendekati warga karena ingin menularkan penyakitnya sehingga warga khawatir tertular Covid-19. Bungaran pun menjelaskan detail kronologi kejadian yang menimpa warga Dusun III, Desa Pardomuan, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatra Utara (Sumut) tersebut. Awalnya Salamat dinyatakan positif terpapar Covid-19 berdasarkan hasil tes swab antigen pada Rabu (21/7/2021) lalu di Klinik IT DEL Laguboti Toba. Selanjutnya, Salamat di isolasi mandiri di sebuah gubuk tanpa penerangan listrik di desanya. Sekitar pukul 17.00 WIB di hari yang sama, pasien keluar dari tempat isolasi mandiri. Salamat pun datang ke rumahnya yang beralamat di Dusun III, Desa Pardomuan Silaen, Toba. Kondisinya saat itu depresi dan disebut ingin menularkan Covid-19 ke warga setempat. Pasien yang diduga depresi meludahi tangannya serta ingin menyentuh masyarakat sekitar Desa Pardomuan agar ikut terpapar Covid-19. “Masyarakat marah dan memukulnya dengan kayu hingga dia (pasien) melarikan diri ke hutan yang tak jauh dari Desa tempat tinggalnya,” jelas Bungaran Samosir, Sabtu (24/7/2021). Pada Jumat (23/7/2021), Salamat diamankan masyarakat setempat dari depan sebuah Gereja di desa itu. Warga selanjutnya mengantarkan Salamat ke Rumah Sakit Porsea Toba. Namun, pasien malah kabut dari rumah sakit. Pada Sabtu (24/7/2021), sekitar 11.30 WIB, warga menemukan Salamat Sianipar di depan Perumahan Del Sitorus, tepatnya di Desa Siantar Narumonda VI, Kecamatan Siantar Narumonda, Toba. “Warga kemudian membawanya ke Puskesmas Silaen. Namun karena masyarakat Desa Pardomuan Silaen Toba merasa ketakutan akan penyebaran Covid-19 serta mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pasien terpapar Covid-19 itu dibawa ke Rumah Sakit Porsea untuk dirawat,” kata Iptu Bungaran Samosir. Video Salamat Sianipar mendapat penganiayaan di-posting oleh keponakannya, Jhosua Lubis di Instagram. Dia merasa geram akan kejadian memilukan itu menimpa paman itu. “Awalnya tulang (paman) saya terkena Covid-19. Dokter menyuruh isolasi mandiri,” katanya. Namun, masyarakat setempat tidak terima Salamat yang positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri. Dia malah dijauhkan dari kampungnya, Bulu Silape dan tidak bisa pulang ke rumahnya. Parahnya lagi, kata Jhosua, Salamat diikat dan dipukuli warga setempat. “Masyarakat tidak terima, akhirnya dia dijauhkan dari Kampung Bulu Silape. Dia kembali lagi ke rumahnya, tetapi masyarakat tidak terima. Malah masyarakat mengikat dan memukuli dia. Seperti hewan dan tidak ada rasa manusiawi,” kata Jhosua.[cal]

Topik:

pasien covid-19 Selamat Sianipar Meninggal Dunia