Sejarah Baru, PM Bennett Kunjungi Umirat Arab untuk Pertama Kali

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 13 Desember 2021 10:25 WIB
Jerusalem, Monitorindonesia.com - PM Israel, Naftali Bennett membuka lembaran sejarah baru sebagai pemimpian Yahudi pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Uni Emirat Arab (UAE) setelah kedua negara menjalin hubungan diplomatik tahun lalu. Menurut kantor perdana menteri Israel, kunjungan itu akan membuat dorongan diplomatik baru bagi perundingan internasional terkait kekuatan senjata nuklir Iran yang menjadi musuh bebuyutannya. Bennett hari ini bertemu Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan untuk "memperdalam hubungan antara Israel dan UEA, terutama masalah ekonomi dan regional," menurut kantor perdana menteri Israel seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (13/12). Akan tetapi tidak ada komentar langsung dari pihak UEA tentang kunjungan yang disebut Bennett sebagai kunjungan "bersejarah" itu. Dia diterima di Abu Dhabi oleh Menteri Luar Negeri UEA, Abdullah bin Zayed Al-Nahyan dan seorang pengawal kehormatan, menurut kantornya. Bennett mengatakan menghargai "keramahan yang sangat hangat". "Saya sangat senang berada di sini ... sebagai kunjungan resmi pertama seorang pemimpin Israel di sini. Kami menantikan untuk memperkuat hubungan." Dalam sebuah video yang dikeluarkan sebelumnya, Bennett mengatakan hubungan antara kedua negara "sangat baik dan luas dan akan memelihara dan memperkuat hubungan selain membangun perdamaian yang hangat di antara rakyat". UEA tahun lalu menjadi negara Arab ketiga yang menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel setelah Mesir dan Yordania. Bahrain dan Maroko kemudian mengikuti sebagai bagian dari serangkaian kesepakatan yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump. Sudan juga setuju untuk menormalkan hubungan dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham, tetapi hubungan penuh belum terwujud. Perjanjian dinegosiasikan oleh pendahulu Bennett, Benjamin Netanyahu, yang mengatakan mereka akan menawarkan Israel sekutu regional baru untuk melawan Iran dan meningkatkan upaya diplomatiknya untuk menghentikan Teheran memperoleh senjata nuklir.[Yohana RJ]