Kekuatan Pasukan Rusia Mampu Rebut Kyiv, Situasi Mengerikan

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 7 Februari 2022 10:29 WIB
Monitorindonesia.com - Rusia memiliki pasukan yang cukup untuk merebut Kyiv atau kota Ukraina lainnya, tetapi jumlah itu belum cukup untuk pengambilalihan penuh negara itu, kata seorang mantan pejabat pertahanan Ukraina setelah Washington memperingatkan bahwa invasi dapat terjadi kapan saja. Mantan Menteri Pertahanan Ukraina, Andriy Zagorodnyuk mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa situasinya tampak “sangat mengerikan”. Rusia sekarang dapat merebut kota mana pun di Ukraina, tapi kami masih belum melihat 200.000 tentara yang dibutuhkan untuk invasi skala penuh,” katanya. Komentarnya itu mengikuti pengarahan yang tidak menyenangkan oleh pemerintahan Biden tentang penumpukan militer Kremlin di perbatasan Ukraina. Gedung Putih yakin Moskow telah mengumpulkan setidaknya 70% dari senjata yang dibutuhkan untuk memberi Vladimir Putin opsi operasi militer besar pada pertengahan Februari. Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan bahwa invasi dapat terjadi kapan saja. "Itu bisa terjadi secepatnya besok atau bisa memakan waktu beberapa minggu lagi," katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (7/2/2022). Dia mengatakan pihaknya terus memantau di mana sesuatu bisa terjadi. “Kami percaya Rusia telah menempatkan kemampuan untuk melakukan operasi yang signifikan,” ujarnya. Akan tetapi dia masih berharap Presiden AS Joe Biden masih mengejar diplomasi. Dia mengakui negara mitranya di sayap timur memberikan dukungan material kepada Ukraina. Akan tetapi mereka juga menawarkan Rusia jalur diplomatik jika itu yang mereka pilih meski Ukraina dan sekutu siap menghadapi Rusia,” katanya. “Kami siap untuk duduk bersama Rusia, bersama sekutu kami di NATO dan mitra lain di Eropa, untuk membicarakan masalah yang menjadi perhatian bersama dalam keamanan Eropa. Dan hal itu termasuk penempatan sistem rudal jangkauan tertentu,” katanya. Gedung Putih melaporkan bahwa Biden telah berbicara di telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelum kunjungan presiden itu ke Moskow pada hari Senin ini. “Para pemimpin membahas upaya diplomatik dan pencegahan yang sedang berlangsung sebagai tanggapan atas peningkatan kekuatan militer Rusia yang terus berlanjut di perbatasan Ukraina, dan menegaskan dukungan mereka untuk kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina,” katanya dalam sebuah pernyataan. Sebelum meninggalkan Paris, Macron mengatakan kepada surat kabar Journal du Dimanche bahwa tujuan Rusia adalah “bukan Ukraina, tetapi klarifikasi soal aturan dengan NATO dan UE”. Dia mengatakan dialognya dengan Putin mungkin akan cukup untuk mencegah pecahnya konflik militer dan dia yakin presiden Rusia akan terbuka untuk membahas masalah yang lebih luas. Pejabat AS telah memperingatkan bahwa serangan penuh dapat menyebabkan penguasaan cepat Kyiv dan berpotensi mengakibatkan 50.000 warga sipil tewas atau terluka, serta hingga 25.000 tentara Ukraina tewas dan 10.000 tentara Rusia. Sedangkan jutaan orang bisa melarikan diri dalam krisis pengungsi ke Eropa. [ * ]
Berita Terkait