Diresmikan Presiden, Ini Profil PLTA Poso, Pembangkit EBT Terbesar di Indonesia Timur

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 25 Februari 2022 19:13 WIB
Poso, Monitorindonesia.com - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso yang diresmikan Presiden Joko Widodo tercatat sebagai pembangkit energi baru terbarukan (EBT) terbesar di Indonesia Timur. Berkapasitas 515 megawatt, ini akan menjadi pembangkit peaker yang dioperasikan selama beban puncak di sistem Sulawesi Bagian Selatan. Dirut PLN Darmawan Prasodjo menyebutkan pembangkit yang memanfaatkan aliran air Sungai Poso ini bertepatan dengan momentum banyaknya industri smelter yang masuk ke sistem kelistrikan PLN di Sulawesi Bagian Selatan. Kebutuhan industri listrik hijau sebagai salah satu syarat ekspor, dapat dipenuhi dengan masuknya PLTA Poso dalam sistem Sulawesi. "PLN berkomitmen mendukung perkembangan industri pengolahan hasil tambang dengan energi bersih," ujar Darmawan. PLTA Poso dibangun dan dioperasikan PT Poso Energy, anak usaha Kalla Group dan masuk dalam pengawasan PLN Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran (UIKL) Sulawesi. Memiliki live storage cukup besar, yaitu Danau Poso dan dilengkapi regulating dam yang bisa mengatur debit keluaran dari Danau Poso sehingga dapat beroperasi dengan kapasitas penuh pada jam puncak sepanjang tahun. "PLTA Poso mampu start-stop dengan cepat, bahkan sinkronisasi dapat dilakukan kurang dari 15 menit. Mampu merespons perubahan beban dengan cepat sehingga memperbaiki kualitas listrik pada sistem jaringan," papar Darmawan. Berbeda dengan PLTA umumnya yang menggunakan konsep waduk sehingga membutuhkan lahan yang besar, PLTA Poso menggunakan sistem pengelolaan run-off river (ROR). Sistem ini tetap mempertahankan aliran sungai selama 24 jam, hanya menggunakan bendungan atau tanggul berukuran cukup kecil sebagai penahan atau gerbang air. "Kita hanya pinjam, air sungainya kita diversi sedikit ke sekitar sisi sungai, kita terjunkan ke turbin, kemudian kembalikan lagi pada sistem sungai," papar Darmawan. Dari aspek pengembangan energi terbarukan, PLTA Poso berkontribusi sekitar 10,69 persen dari total bauran EBT sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan. Saat ini pembangkit ramah lingkungan ini telah terinterkoneksi dengan saluran transmisi 275 kV ke Provinsi Sulawesi Selatan. Tak hanya itu, PLTA Poso juga telah tersambung dengan saluran transmisi 150 kV dari pembangkit ke Kota Palu, Sulawesi Tengah Presiden Jokowi hari ini juga meresmikan PLTA Malea berkapasitas 90 MW di Tana Roraja, Sulawesi Selatan. Pembangkit ini dikembangkan oleh PT Malea Energy, anak usaha PT Bukaka Teknik Utama yang juga milik Kalla Group. Pengoperasian dua pembangkit ini telah meningkatkan bauran EBT di Pulau Sulawesi mencapai 38,8 persen. Dewan Penasehat Kalla Grup, Jusuf Kalla menyebut PLTA yang dibangun pihaknya menyerap hingga 2.000 tenaga kerja. Sebanyak 80 persen dari pekerja ini berasal dari warga lokal. "Hanya chief engineer saja yang datang, yang punya pengalaman. Sisanya semuanya dikerjakan oleh anak bangsa. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)-nya juga besar," ujar Jusuf Kalla. Sementara terkait besarnya biaya pembangunan PLTA yang dua kali lipat dibanding PLTU, pihaknya tak menampik. Jusuf Kalla menyebutkan Biaya untuk membangun kedua PLTA berkapasitas total 605 MW ini mencapai USD 1,2 miliar atau Rp 17 triliun. Kendati mengakui biaya pembangunan PLTA yang lebih mahal dibanding pembangkit berbasis fosil, Jusuf Kalla menyebut biaya operasional PLTA lebih murah. "Memang secara investasi di awal ini besar kalau pengembangan EBT. Hanya saja, secara operasionalnya ke depan jauh lebih murah. Sedangkan jika PLTU, investasi di depannya memang murah namun ongkos operasionalnya mahal," tambah Jusuf Kalla. [tar]

Topik:

PLN plta poso