Presiden Sri Lanka Rajapaksa Mengundurkan Diri Setelah Istana Presiden Diserbu

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 10 Juli 2022 11:58 WIB
Jakarta, MI - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah mengumumkan dia akan mundur setelah pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya dan membakar rumah perdana menteri. Baik PM maupun presiden tidak berada di gedung pada saat itu. Ratusan ribu orang turun ke ibu kota Kolombo, menyerukan Rajapaksa untuk mengundurkan diri setelah berbulan-bulan protes atas salah urus ekonomi. Rajapaksa akan mengundurkan diri pada 13 Juli. PM Wickremesinghe juga telah setuju untuk mengundurkan diri. Ketua parlemen mengatakan presiden memutuskan untuk mundur "untuk memastikan penyerahan kekuasaan secara damai" dan meminta masyarakat untuk "menghormati hukum". Pengumuman itu memicu letusan kembang api perayaan di kota. Setelah peristiwa hari Sabtu, Amerika Serikat mengimbau para pemimpin Sri Lanka untuk bertindak segera untuk menyelesaikan krisis ekonomi negara itu. Seorang pengunjuk rasa, Fiona Sirmana, yang berdemonstrasi di rumah presiden, mengatakan sudah waktunya "untuk menyingkirkan presiden dan perdana menteri dan memiliki era baru untuk Sri Lanka". "Saya merasa sangat, sangat sedih karena mereka tidak pergi lebih awal karena jika mereka pergi lebih awal tidak akan ada kehancuran," katanya kepada Reuters. Puluhan orang terluka dalam protes hari Sabtu, dan juru bicara rumah sakit utama Kolombo mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa tiga orang dirawat karena luka tembak. Sri Lanka menderita inflasi yang merajalela dan berjuang untuk mengimpor makanan, bahan bakar dan obat-obatan di tengah krisis ekonomi terburuk negara itu dalam 70 tahun. Negara itu kehabisan mata uang asing dan harus memberlakukan larangan penjualan bensin dan solar untuk kendaraan pribadi, yang menyebabkan antrian bahan bakar selama berhari-hari. Peristiwa luar biasa hari Sabtu tampaknya merupakan puncak dari protes damai selama berbulan-bulan di Sri Lanka. Kerumunan besar berkumpul di kediaman resmi Presiden Rajapaksa, meneriakkan slogan-slogan dan mengibarkan bendera nasional sebelum menerobos barikade dan memasuki properti. Rekaman online menunjukkan orang-orang berkeliaran di rumah dan berenang di kolam renang presiden, sementara yang lain mengosongkan laci, mengambil barang-barang presiden dan menggunakan kamar mandi mewahnya. Kontras antara kemewahan istana dan bulan-bulan kesulitan yang dialami oleh 22 juta orang di negara itu tidak hilang dari para pengunjuk rasa. "Ketika seluruh negeri berada di bawah tekanan seperti itu, orang-orang datang ke sini untuk melepaskan tekanan itu. Ketika Anda melihat kemewahan di rumah ini, jelas bahwa mereka tidak punya waktu untuk bekerja untuk negara," kata Chanuka Jayasuriya kepada Reuters.

Topik:

Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Ranil Wickremesinghe