Puluhan Orang Terjebak Setelah Serangan Rusia Hantam Gedung Apartemen Ukraina

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 11 Juli 2022 12:25 WIB
Jakarta, MI - Tim penyelamat melakukan penyelamatan melalui puing-puing sebuah gedung apartemen di Ukraina timur mencari dua lusin orang, termasuk seorang anak, yang dikhawatirkan terjebak setelah serangan roket Rusia di gedung lima lantai tersebut menewaskan 15 orang. Kepala staf Presiden Volodymyr Zelenskiy, Andriy Yermak, mengatakan serangan di kota Chasiv Yar di wilayah Donetsk adalah "serangan teroris lain" dan Rusia harus ditetapkan sebagai negara sponsor terorisme. Tim penyelamat menggunakan derek untuk mengangkat lempengan beton dan tangan mereka untuk menggali puing-puing, sementara warga yang selamat dari serangan mengambil barang-barang pribadi dan menceritakan kisah pelarian ajaib mereka. Seorang wanita terlihat berjalan keluar dari gedung yang hancur membawa papan setrika di bawah lengannya, payung dan tas belanja plastik. Yang lain hanya menyaksikan upaya penyelamatan. "Kami lari ke basement, ada tiga ledakan, yang pertama di suatu tempat di dapur," kata seorang warga setempat yang menyebut namanya sebagai Ludmila. "Yang kedua, saya bahkan tidak ingat, ada petir, kami berlari menuju pintu masuk kedua dan kemudian langsung ke ruang bawah tanah. Kami duduk di sana sepanjang malam sampai pagi ini." Korban selamat lainnya, yang menyebut namanya sebagai Venera, mengatakan bahwa dia ingin menyelamatkan dua anak kucingnya. "Saya dilempar ke kamar mandi, semuanya kacau, saya shock, semua berlumuran darah," katanya sambil menangis. "Pada saat saya meninggalkan kamar mandi, ruangan itu penuh dengan puing-puing, tiga lantai runtuh. Saya tidak pernah menemukan anak kucing di bawah reruntuhan." Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina pada 24 Februari, menyebutnya sebagai "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi Ukraina dan menyingkirkan kaum nasionalis. Ukraina dan sekutu Baratnya mengatakan perang Putin adalah perampasan tanah dan menuduh pasukannya melakukan kejahatan perang. Moskow membantah menyerang warga sipil. Konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua telah menewaskan ribuan orang, meninggalkan kota-kota besar dan kecil dalam reruntuhan dan menyebabkan lebih dari 5,5 juta orang Ukraina melarikan diri dari negara mereka. Rusia meninggalkan kemajuan awal di ibukota Kyiv dalam menghadapi perlawanan sengit yang didukung oleh senjata Barat. Kampanye militernya sekarang difokuskan di wilayah Donbas selatan dan timur, yang terdiri dari provinsi Luhansk dan Donetsk. Kremlin ingin menyerahkan kendali jantung industri ini kepada separatis pro-Rusia yang telah mendeklarasikan kemerdekaan dari Kyiv. Pasukan Rusia menyerang posisi Ukraina di dekat kota Sloviansk di Donetsk tetapi terpaksa mundur, kata militer Ukraina, Minggu. Gubernur wilayah Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan pasukan Rusia berkumpul di dekat desa Bilohorivka, sekitar 50 km (30 mil) timur Sloviansk. Rusia "menembaki pemukiman di sekitarnya, melakukan serangan udara, tetapi masih tidak dapat dengan cepat menduduki seluruh wilayah Luhansk," katanya di Telegram. Rusia mengklaim kendali atas seluruh provinsi Luhansk akhir pekan lalu. Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah menghancurkan dua hanggar di dekat kota Donetsk, Kostyantynivka, yang menampung howitzer M777 buatan AS, yang katanya telah digunakan untuk menembaki daerah pemukiman Donetsk. Kantor berita Rusia mengutip pejabat separatis yang mengatakan pada hari Minggu bahwa militer Ukraina telah menembaki Donetsk menggunakan artileri 155 mm standar NATO sejak pagi, melukai dua warga. Di selatan, pasukan Ukraina menembakkan rudal dan artileri ke posisi Rusia, termasuk gudang amunisi di daerah Chornobaivka, kata komando militer Ukraina. Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk memperingatkan warga sipil di wilayah Kherson yang diduduki Rusia pada hari Minggu untuk segera mengungsi karena angkatan bersenjata Ukraina sedang mempersiapkan serangan balik di sana, tidak memberikan kerangka waktu untuk tindakan. "Saya tahu pasti bahwa tidak boleh ada perempuan dan anak-anak di sana, dan mereka tidak boleh menjadi tameng manusia," katanya di televisi nasional seperti dikutip dari Reuters pada Senin (11/7).

Topik:

Rusia Ukraina Kyiv Donetsk Luhansk