Kampung Literasi Finansial Penting Dikembangkan

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 16 Oktober 2021 16:27 WIB
Tarakan, Monitorindonesia.com - Kampung Literasi Finansial (KLF) sangat penting untuk dikembangkan.  Hal itu dikatakan Wakil Ketua Komite I Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Fernando Sinaga saat bertemu dengan pegiat KLF di Tarakan, Kalimantan Timur pada Jumat (15/10).   Kegiatan itu dihadiri oleh Koordinator KLF, Lisa dan para pegiat literasi lainnya. Lisa menuturkan, permasalahan selama ini adalah kegiatan masih terbatas dalam teknik pembudidayaan ikan lele. “Sampai hari ini masih kurang maksimal sehingga perlu kerja sama Kampung Literasi Finansial dengan Dinas Perikanan Kota Tarakan," ungkap Lisa. Menanggapi hal tersebut, Fernando yang juga anggota Badan Sosialisasi MPR RI ini memberikan tiga masukan untuk pengembangan KLF di Kota Tarakan. Pertama, lanjut Fernando, KLF sejatinya lebih fokus pada peningkatan kemakmuran anggota berbasis pada produk yang menjadi ciri khasnya. “Jika KLF ini memiliki produk khas maka para anggotanya diyakini akan lebih produktif,” ujar Senator yang berasal dari daerah pemilihan Provinsi Kaltara ini. Fernando menambahkan, masukan kedua adalah meminta para anggota KLF untuk mempertimbangkan pohon pinang sebagai produk khasnya. Fernando menyarankan untuk diadakan pendataan mengenai rumah rumah warga yang siap untuk digunakan penanaman lombok atau tanaman lainnya yang memiliki nilai jual sebagai pendukung produk khas KLF. Saran ketiga, jelas Fernando, KLF Kota Tarakan memperbanyak sumber referensi dan bahan bacaan tentang contoh baik (good practice) pelaksanaan KLF di daerah lainnya untuk mendapatkan pelajaran yang berharga sehingga bermanfaat bagi pengembangan di Tarakan. Sebagaimana diketahui, tahun 2021 ini pemerintah melalui Direktorat PMPK Kemendikbudristek dan Forum TBM menyelenggarakan Program KLF di 30 Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Salah satu dari 30 TBM yang memiliki contoh baik dalam pengelolaan KLF adalah Warung Bu Ida yang dikelola oleh TBM Lentera Pustaka yang berada di kaki Gunung Salak, Bogor. Setelah teruji selama 4 bulan sejak meminjam modal dari koperasi, Warung Bu Ida yang dijalankan TBM Lentera Pustaka ini dapat menjadi contoh baik literasi finansial mengingat prestasinya makin maju karena omzet hariannya mampu membebaskan keluarganya dari belenggu kemiskinan. [Rls]