Ini Berita Tragis, Kawan! Indonesia Didera Krisis Pengendalian Konsumsi Rokok

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 12 Agustus 2021 19:19 WIB
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk milik Philip Morris asal Amerika Serikat mengantongi pendapatan Rp47,2 triliun pada semester I 2021 atau naik 6,5 persen (yoy). Begitu juga PT Gudang Garam International Tbk, pendapatannya naik 12,9 persen menjadi Rp60,6 triliun. Monitorindonesia.comom - Komnas Pengendalian Tembakau meminta pemerintah segera menaikkan cukai rokok agar tingkat keterjangkauan serta konsumsi rokok dapat ditekan. Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau Hasbullah Thabrany menyampaikan pemerintah harus memiliki sense of crisis dan menyadari bahwa Indonesia tengah mengalami krisis pengendalian konsumsi rokok. "Kami sangat berharap seluruh kementerian terkait bersepakat menentukan sikap dan keberpihakannya kepada rakyat. Bahwa kita juga sedang mengalami krisis epidemi konsumsi produk tembakau," ujarnya dikutip Antara, di Jakarta, Kamis (12/8/2021). Menurutnya, dengan harga yang mahal, konsumsi rokok di masyarakat dapat lebih terkendali sehingga membantu pemerintah menekan beban ekonomi dari dampak pandemi. Survei Komnas Pengendalian Tembakau pada 2020 menunjukkan bahwa meski pandemi berpengaruh pada penghasilan, namun 49,8 persen responden masih menghabiskan uang belanja untuk rokok yang sama besarnya seperti sebelum pandemi dan 13,1 persen responden justru naik jumlah konsumsi dan uang belanjanya untuk rokok saat pandemi. Terlalu murah Risky Kusuma Hartono dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia memprediksi murahnya harga rokok menjadi salah satu faktor terus naiknya prevalensi perokok anak. Berdasarkan data Riskesdas, pada 2013, jumlah perokok anak 7,2 persen dan naik menjadi menjadi 9,1 persen pada 2018. Angka tersebut telah melewati target capaian RPJMN 2014-2019 untuk menurunkan prevalensi perokok anak menjadi 5,4 persen pada 2019. "Hasil penelitian kami memperlihatkan bahwa selain pengaruh teman sebaya, faktor harga juga merupakan salah satu pendorong anak usia sekolah SMP dan SMA mengonsumsi rokok. Ditambah lagi masih diperbolehkannya penjualan rokok secara batangan," ungkapnya. Naikkan cukai rokok Untuk itu, ekonom sekaligus Direktur SDM Universitas Indonesia Abdillah Ahsan mengungkapkan bahwa kenaikan cukai rokok bisa untuk menyelamatkan ekonomi negara. "Naikkan cukai rokok di atas 20 persen lalu berlakukan simplifikasi sampai dua golongan. Saya yakin pemerintah akan merasakan keuntungannya, baik dari sisi berkurangnya beban biaya kesehatan akibat rokok, juga dari sisi solusi krisis ekonomi di masa pandemi ini," jelasnya. Adapun merujuk pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pandemi Covid-19 tidak berdampak pada industri rokok. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk milik Philip Morris asal Amerika Serikat mengantongi pendapatan Rp47,2 triliun pada semester I 2021 atau naik 6,5 persen (yoy). Begitu juga dengan PT Gudang Garam International Tbk yang pendapatannya naik 12,9 persen menjadi Rp60,6 triliun.

Topik:

Tolak Pabrik Rokok Rokok Perokok GAPPRI cukai rokok Kasus Cukai komnas pengendalian tembakau