Tambang Emas Marak di Tepi Sungai dan Lereng Bukit Bumi Gordang Sambilan

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 16 Agustus 2021 23:16 WIB
Monitorindonesia.com - Tambang emas rakyat yang dikerjakan secara tradisional atau tambang legal dengan dukungan alat berat, saat ini marak ditemui di tepi sungai dan lereng-lereng bukit yang tersebar di kawasan Bumi Gordang Sambilan. Indonesia memang kaya sumber daya alam! Kebenaran yang terkandung dalam kalimat ini jelas tak terbantahkan. Bahkan dunia pun mengakuinya. Terbukti banyak bangsa yang terpesona melihat kekayaan alamnya, bahkan tergiur mencurinya. Sejak zaman dahulu. Keindahan serta kekayaan negeri khatulistiwa ini tercatat dalam berbagai literatur kuna hingga modern. Pun dituangkan dalam puisi dan lirik lagu. Semisal gubahan Koes Plus dengan judul "Kolam Susu". Sangkin kaya dan indahnya, tak jarang kita dengar idiom bahwa Indonesia merupakan serpihan surga. Bukti serpihan surga itu kita dapati juga Sumatra Utara, khususnya di tanah Mandailing, negeri kelahiran para penyair dan pujangga, yang sering juga disebut negeri Bumi Gordang Sambilan. Tanah kelahiran Jenderal besar AH Nasution ini juga dijuluki negeri beradat, taat beribadat. Kemudian, negeri seribu pesantren, serambi Mekah-nya Sumatera Utara. Dalam lawatan, Senin (16/8/2021), bertajuk Tour of Sumatera, penulis tertarik melihat pemandangan yang cukup unik di pinggir sungai yang dinamai Batang Gadis. Sungai terpanjang di Tapanuli Selatan ini membentang di sepanjang Jalan Nasional Lintas Sumatera. Penulis kaget melihat beberapa orang sedang menggali lubang besar, lalu mengisinya dengan air. Mereka kemudian mengeluarkan bebatuan dari lubang tadi dan mengisap airnya menggunakan mesin dialirkan ke papan yang sudah dilengkapi saringan. Penulis sempat bingung, apa yang dikerjakan? Karena penasaran, penulis pun berbincang dengan sang toke yang berinisial IN. Mantan pengusaha sukses di Jakarta itu enggan disebut nama lengkapnya. Dalam perbincangan terungkap mereka ternyata sedang menambang emas secara tradisional atau semi modern level dua. Level satu merupakan pola menambang dengan hanya menggali tanah lalu didulang. Sedangkan level dua, gali tanah, isap air dengan mesin dari galian, alirkan ke penyaringan yang akhirnya didulang. "Saya menggeluti pekerjaan ini baru satu setengah tahun. Dan Alhamdulillah, baru lokasi ini yang betul-betul garapan mentah. Selama ini saya dapat tambang bekas orang," ujar IN. Dia dibantu 11 orang yang sudah tahu tugas masing-masing. Ketika ditanya tentang hak pemilik tanah, ia menyampaikan, mereka bagi hasil sesuai kesepakatan bersama, termasuk dengan kru. Jadi, hasil yang didapat dibagi setiap hari karena semua yang kerja merupakan warga sekitar dan kepala rumah tangga. Untuk makan dan kebutuhan lainnya, bawa masing-masing dari rumah. Itu juga sudah merupakan kesepakatan bersama. Ditanya rata-rata penghasilan yang didapat, sambil senyum IN menjawab, "Alhamdulillah, adalah untuk dibawa pulang. Kadang banyak, kadang pas-pasan, Bang. Tapi cukuplah untuk biaya rumah tangga," akunya. Melihat begitu banyak tambang emas rakyat di Mandailing, maka tak salah Mandailing juga disebut tano sere (tanah emas). Di sepanjang aliran Sungai Batang Gadis, juga di hamparan perbukitan di Mandailing, saat ini menjamur tambang-tambang emas rakyat. Di antaranya, ada juga tambang emas resmi berizin yang disahkan pemerintah setempat. (Rahmad Lubis ).

Topik:

Izin Tambang Mandailing Tambang emas rakyat