Daya Saing Besar, Indonesia Dianggap Mampu Kuasai Industri Mobil Listrik Global

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 18 November 2021 18:35 WIB
Monitorindonesia.com - Indonesia dianggap akan mampu menguasai industri mobil listrik global di masa mendatang ditunjang oleh sumber daya baterai listrik dari turunan nikel. “Setahu saya sumber biaya yang paling mahal dari mobil listrik adalah komponen baterainya. Karena yang satu ini kita punya daya saing,” kata Ekonom Indef Tauhid Ahmad, di Jakarta, Kamis (18/11/2021). Pada sisi lain, ujar Tauhid Ahmad, pemerintah telah membentuk satu badan hukum untuk menangani perihal baterai melalui PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC). Perusahaan ini merupakan gabungan dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, anak usahanya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina Tbk, serta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Selain itu, lanjut Tauhid, pemerintah sudah memiliki roadmap infrastruktur mobil listrik.  Ini dibuktin dengan PLN yang sudah mempunyai beberapa SPLU (stasiun pengisian listrik umum) dan akan dibangun lagi. “Itu kan berarti infrastruktur dasarnya kita sudah punya. Tren pengguna mobil listrik makin banyak dan pertumbuhannya sangat cepat. Artinya pasarnya besar,” tegas dia. Dinformasikan bahwa IBC sebagai holding perusahaan baterai di Indonesia, rencananya juga telah menyiapkan pengembangan bisnis, baik di ekosistem EV battery maupun electric vehicle (EV). Pengembangan ekosistem electric vehicle ini menjadi salah satu kunci untuk mendukung program percepatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Tanah Air. Selain itu, IBC dikabarkan akan mengakuisisi StreetScooter,sebuah  produsen kendaraan listrik milik Deutsche Post DHL Group asal Jerman. Mengutip Nasdaq, StreetScooter menargetkan 37.000 kendaraan listrik pada 2025. Saat ini telah beredar 15 ribu produk besutan StreetScooter di seluruh dunia. Namun demikian, Tauhid menyarankan agar Indonesia tidak dapat bekerja sendiri, tetapi dari segi teknologi harus menjalin kerja sama untuk mengembangkan industri mobil listrik. “Kita harus bermitra dengan banyak perusahaan luar, kalau hanya mengandalkan SDM sendiri terlalu lama, mungkin bisa tapi lama,” katanya.