Harga Gula Mulai Merangkak Naik Jelang Ramadhan, Ketum APTRI: Mendag Lambat Antisipasi

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 20 Maret 2022 13:34 WIB
Monitorindonesia.com- Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (Ketum APTRI), Abdul Wachid menilai, mulai naiknya harga gula di dalam negeri imbas keterlambatan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam melakukan langkah antisipasi. Menurutnya, pemerintah seharusnya sudah bisa memprediksi harga gula secara domestik dengan mengacu pada fenomena global. "Memprediksi kan ada alat analisisnya, masa sekelas negara gak punya instrumen itu. Misal, pemerintah sudah bisa tahu kapan siklus panen tebu di dalam negeri. Kapan harga gula global stabil dan lain-lain. Ini kan kelihatannya gak dilakukan. Mendag Lambat antisipasi ini," kata eks Anggota Komisi VI DPR RI itu kepada wartawan, Minggu (20/03/2022). Wachid juga memandang, kenaikan harga gula saat ini tidak terlepas dari faktor supply dan stok yang ada. "Supply dari sentra-sentra gula belum maksimal karena belum masuk masa panen. Ditambah lagi stok gula tahun 2021 kemarin kan tidak mencukupi. Jawa sebagai sentra gula belum masuk siklus panen. Adapun dua pabrik gula milik PTPN II di Medan yang sudah panen, itu tidak mencukupi kebutuhan gula nasional dan hanya cukup di daerahnya saja," papar Ketua DPD partai Gerindra Jawa Tengah (Jateng) itu. Tak hanya itu, Wachid menilai, kenaikan harga gula jelang bulan suci Ramadhan karena faktor konsumsi yang meningkat tapi stok tidak memadai. "Saya kira atau bisa jadi stok gula yang ada terserap banyak oleh industri makanan dan minuman (Mamin). Sehingga gula untuk konsumsi rumah tangga tersedot oleh industri Mamin. Seharusnya Pemerintah atur ini, jangan dibiarkan masyarakat terus menerima kenyataan pahit dengan menerima harga gula yang sangat tidak masuk akal jelang bulan suci Ramadhan ini," tandas Anggota Komisi VIII DPR RI itu. Wachid juga mengungkapkan, kenaikan harga gula di pasar domestik dipicu oleh kondisi harga gula global. "Per ton harga gula sudah tembus 230-240 USD. Tentu saja ini berpengaruh ke harga domestik. Belum lagi rantai pasok (supply chain) yang terganggu karena kondisi global yang kurang baik dengan adanya perang Rusia-Ukraina. Jelas ini berpengaruh karena bongkar muat, pengapalan yang terhambat. Sekali lagi saya kira Mendag Lambat antisipasi berbagai macam kendala yang sebenarnya bisa di antisipasi sejak dini," pungkasnya. Dikutip dari tvonenews.com, harga gula di salah satu pasar tradisional di Jember, Jawa Timur tembus dikisaran Rp 14.000. Harga eceran gula pasir per kilogram di warung, toko, dan pasar tradisional di Jember saat ini mencapai 14 ribu. "Harga gula naik. Per kilogram 14 ribu. Saya kaget waktu mau bayar," kata Maimunah warga Karangwaru, Sempusari, Kaliwates, Jember pada Sabtu (19/3/2022). (Aswan)  
Berita Terkait