Tinggi Gelombang Capai 6 Meter, Ribuan Nelayan Cilacap Tidak Melaut

Aan Sutisna
Aan Sutisna
Diperbarui 16 Juli 2022 17:34 WIB
Cilacap, MI - Menyusul peringatan dini adanya gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah, nelayan di Cilacap memilih tidak melaut. Seperti disampaikan Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo. Dia mengatakan, pihaknya kembali menerbitkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku hingga 17 Juli 2022. "Peringatan dini kami keluarkan karena tinggi gelombang di perairan selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Samudera Hindia selatan Jabar hingga DIY berpotensi mencapai 4-6 meter atau sangat tinggi," katanya, Sabtu (16/7/2022). Wilayah yang berpotensi terjadi gelombang sangat tinggi mencapai kisaran 4-6 meter meliputi perairan selatan Sukabumi, perairan selatan Cianjur, perairan selatan Garut, perairan selatan Tasikmalaya, perairan selatan Pangandaran, perairan selatan Cilacap, perairan selatan Kebumen, perairan selatan Purworejo, dan perairan selatan Yogyakarta. Juga di Samudera Hindia selatan Sukabumi, Samudera Hindia selatan Cianjur, Samudera Hindia selatan Garut, Samudera Hindia selatan Tasikmalaya, Samudera Hindia selatan Pangandaran, Samudera Hindia selatan Cilacap, Samudera Hindia selatan Kebumen, Samudera Hindia selatan Purworejo, dan Samudera Hindia selatan Yogyakarta. "Gelombang sangat tinggi dipengaruhi oleh pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan, dominan bergerak dari timur hingga tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-30 knot. Kami akan segera informasikan kepada seluruh pengguna jasa kelautan jika ada perkembangan lebih lanjut," imbuh Teguh. Ketua DPC HNSI Kabupaten Cilacap Sarjono menegaskan ribuan nelayan tidak melaut karena gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah. "Kemarin masih ada yang nekat melaut meski jarak dekat. Namun mayoritas berhenti melaut dan memilih menambatkan perahunya di daratan, sekitar 90 persen dari total nelayan di Kabupaten Cilacap atau lebih dari 12.000 orang (tidak melaut)," katanya. Nelayan yang tidak melaut, ucapnya, mayoritas merupakan nelayan-nelayan kecil dengan perahu berkapasitas di bawah 5 gross tonage (GT). Sementara untuk nelayan yang menggunakan kapal-kapal berukuran besar telah berangkat melaut dan sekarang berada di Samudera Hindia untuk mencari ikan tuna, cakalang, dan sebagainya. Diakui Sarjono, sebagian nelayan kecil atau nelayan tradisional sempat nekat melaut meski gelombang tinggi sudah sering terjadi. "Kebetulan berbagai jenis ikan mulai bermunculan di perairan selatan Jawa Tengah, khususnya Cilacap sehingga nelayan berangkat melaut pada dini hari dan kembali ke daratan menjelang siang hari," ujarnya. Mayoritas nelayan tidak melaut karena gelombang di perairan selatan Cilacap sangat tinggi serta anginnya bertiup kencang dan arusnya juga kencang. Kondisi tersebut biasa terjadi pada awal musim angin timuran dan akan stabil atau kondusif saat puncak musim meski masih ada potensi terjadi gelombang tinggi. "Mungkin akhir bulan mulai tenang dan stabil. Sekarang hampir memasuki masa panen, tapi gelombangnya tinggi, kemudian angin dan arusnya juga kencang," terang Sarjono. Menurutnya, nelayan terus memantau perkembangan cuaca di wilayah perairan selatan Cilacap. "Jika dalam dua hari ke depan gelombangnya tidak sangat tinggi, nelayan biasanya akan berangkat melaut meski anginnya masih kencang. Karena saat ini berbagai jenis ikan mulai bermunculan," pungkas Sarjono. [Estanto]

Topik:

Cilacap BBMKG nelayan ombak tinggi