Harga Minyak Dunia Sudah Turun, di Indonesia Tetap Naik

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 8 September 2022 16:41 WIB
Jakarta, MI - Harga minyak dunia jatuh pada perdagangan pagi hari ini, Kamis (8/9). Koreksinya lumayan dalam, sampai lebih dari 5%. Pada Kamis, 8 September 2022 pukul 06:28 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 87,78/barel. Ambles 5,43% dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya. Direktur Eksekutif Komisi Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3-I), Tom Pasaribu, menilai harga minyak dunia saat ini bergerak turun, sehingga baik Pertamina maupun penyedia bahan bakar swasta menurunkan harga mereka. Padahal, kata dia, dalam banyak kesempatan berbeda, pemerintah terus mengatakan beban subsidi energi terlalu berat sehingga perlu menaikkan harga. "Artinya apa memang betul-betul pemerintah Jokowi, mau menyiksa rakyat tapi alasannya selalu bahan harga minyak dunia naik. Lalu menteri BUMN kan pernyataannya aneh juga. Kenapa harga minyak murah di negara-negara lain? Karena dia memiliki bahan baku minyak, Indonesia juga punya," kata Tom sapaan akrabnya, kepada Monitorindonesia, Kamis (8/9). "Terus negara-negara lain yang gak punya itu. Itu kan Indonesia yang lebih mahal, selisihnya sangat jauh. Artinya jangan bikin susah terus, Pertamax aja nggak turun, minyak dunia sudah turun pertamax saja belum turun itu Rp14.000," sambungnya. Menurut Tom, saat ini pemerintah sedang bersandiwara. "Sandiwara apa sekarang yang sedang dilakukan pemerintah. Kalau saya melihat justru ini karena China menolak menambahi biaya untuk kereta cepat itu, akhirnya APBN tergerusut ke sana karena bukan duit kecil juga itu,kelilingan juga itu," jelas Tom. Lalu, lanjut Tom, soal pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) sampai sekarang investornya masih khawatir, akibat hantaman pandemi covid-19 yang berpengaruh pada kondisi perekonomian, baik nasional maupun internasional. "Semua Negara akibat pandemi itu, terpengaruh keuangan, jadi negara ini jangan juga seenak hati mengatakan prinsip-prinsip inilah itulah, sekalian aja ikutin pasar dunia semua termasuk itu selesai jadi ketahuan. Jangan seperti kemarin Vivo jual di bawah harga pemerintah nggak boleh padahal itu swasta," sindir Tom. Artinya, lanjuta dia, memang pemerintah ini tidak siap bersaing, tidak siap terbuka. "Judulnya saja pasar bebas, tapi yang dilakuin ini pasar gelap," katanya. Anggota DPR saja, kata Tom, sudah mengatakan pasar dunia minyak turun. "Apalagi alasan pemerintah kita dengar saja dan kita lihat saja. Kalau memang pemerintahan Jokowi ini tidak merubah atau mengikuti selalu memainkan skenario skenario di luar nalar ataupun kejadian yang nyata," bebernya. Melihat hal itu, menurut Tom, rakyat Indonesia tidak bodoh dengan permainan pemerintah saat ini. "Seharusnya yang pertamax ini, sekarang ini belum turun ini hal Pertamax 92, 98 itu kan sudah mengikuti pasar dunia pasar internasional. Sampai besok dia nggak nurunin saja,  berapa juta kubik mereka kumpulkan ambil itu. Jadi pemerintahnya yang nakal bukan rakyatnya, nanti kalau rakyat nakal pemerintahnya yang hilang kursinya, nangislah nanti," pungkasnya. Dilansir dari Antara, Kamis (8/9), harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober anjlok US$ 4,94 atau 5,7 persen menjadi US$81,94 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November tergelincir US$4,83 atau 5,2 persen menjadi US$88 per barel di London ICE Futures Exchange. Menurut Dow Jones Market Data, baik kontrak acuan minyak mentah WTI AS maupun minyak mentah global Brent menetap di level terendah sejak Januari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina. Analis Price Futures Group Phil Flynn mengatakan penurunan harga minyak terjadi karena para pedagang khawatir pengetatan moneter dari berbagai bank sentral utama dapat memicu resesi global. Hal ini bisa mengurangi permintaan energi. "Saat ini pasar mendasarkan kekhawatirannya tentang apa yang akan terjadi karena harga energi yang meningkat tajam di Eropa, permintaan yang melambat di Eropa, serta kenaikan suku bunga," terang dia. Bank sentral Eropa (ECB) memberi sinyal kuat akan menyetujui kenaikan suku bunga tinggi dalam pertemuan Kamis ini. Sementara itu, data ekonomi AS baru-baru memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Fed, akan tetap hawkish. Sedangkan bank sentral Kanada (BOC) telah menaikkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase ke level tertinggi 14 tahun pada Rabu (7/9) kemarin. Keputusan ini demi memerangi inflasi yang mengamuk. Di sisi lain, data ekonomi China yang lemah dan lockdown covid-19 pun kian menambah kekhawatiran pasar akan penurunan permintaan. Data Bea Cukai menunjukkan impor minyak mentah Negeri Tirai Bambu jatuh 9,4 persen dari tahun sebelumnya pada Agustus 2022.

Topik:

Minyak Dunia