Ketua MPR Ajak Para Pegiat Industri Tingkatkan Keuangan Negara

Adrian Calvin
Adrian Calvin
Diperbarui 29 September 2022 17:39 WIB
Jakarta, MI - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Bambang Soesatyo menjelaskan bahwa indeks inklusi keuangan Indonesia pada tahun 2021 mencapai 83,6 persen, hasil ini sangat meningkat dari tahun 2020 sebesar 81,4 persen . Dengan demikian hasil Survei Nasional Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan catatan tingkat literasi keuangan di Indonesia pada tahun 2019 baru mencapai 38,03 persen. "Kasus asuransi Jiwasraya, First Travel, Koperasi Pandawa Depok, berbagai investasi bodong, adalah beberapa contoh skandal keuangan yang sangat merugikan masyarakat. Satuan Tugas Waspada Investasi OJK mencatat, selama 10 tahun terakhir jumlah kerugian investasi bodong mencapai Rp 117,5 triliun," ucapnya kepada wartawan, Kamis (29/9). Bamsoet menambahkan peningkatan inklusi dan literasi keuangan Indonesia serta perkembangan ekonomi digital perlu dilihat sebagai potensi ekonomi. Ini juga menjadi peluang investasi atau alternatif pemasukan negara, maupun stimulus memajukan perekonomian nasional kita. "Kementerian Perdagangan melaporkan transaksi aset kripto di Indonesia sepanjang tahun 2021 mencapai Rp 859 triliun dengan jumlah investor mencapai 11,2 juta, 7,5 juta diantaranya berasal dari kalangan milenial dan nilai transaksi harian Rp 2,7 triliun. Jumlah investor aset kripto jauh lebih besar dari jumlah investor di pasar modal berbasis Single Investor Identification (SID) yang jumlahnya baru mencapai sekitar 7,48 juta investor," tuturnya. Ketua DPR RI ke 20 ini pun menegaskan pemanfaatan aset kripto perlu dibarengi dengan literasi finansial yang memadai. Mengingat maraknya penawaran investasi ilegal dan belum optimalnya infrastruktur penunjang menyebabkan masyarakat rentan terkena berbagai modus penipuan, khususnya mereka yang belum sepenuhnya memahami proses bisnis ini. "Upaya membangun literasi finansial hanya akan berdampak optimal jika melibatkan semakin banyak pemangku kepentingan, termasuk lingkungan akademik/perguruan tinggi, dan industri jasa keuangan. Dengan demikian, dampaknya akan lebih membumi, dengan daya jangkau yang lebih masif," pungkasnya. [Adi]

Topik:

OJK bambang soesatyo Tingkatkan Keungan Negara Indonesia