PHK Massal Hantui Industri Manufaktur RI

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 8 November 2023 19:12 WIB
Ilustrasi Industri tekstil (Foto: Shutterstock)
Ilustrasi Industri tekstil (Foto: Shutterstock)

Jakarta, MI - Akibat penurunan permintaan global, terutama di sektor ekspor, sektor industri manufaktur tengah menghadapi banyak masalah. Industri tekstil adalah yang pertama mengalami gelombang PHK, yang dikhawatirkan akan terjadi juga di industri lain.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengatakan, gelombang PHK pada triwulan III/2023 rentan terjadi sebab tak sedikit produsen yang menahan produksi karena lemahnya pesanan.

"Pekerja di sektor industri lainya juga was-was dihantui PHK karena situasi industri-industri produsen belum membaik," kata Ristadi kepada wartawan, Rabu (8/11).

Gelombang PHK juga merembet ke sektor ritel sebagai distributor produk-produk industri. Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya usaha ritel yang gulung tikar. Di sisi lain, dia mencontohkan permintaan barang tekstil dan produk tekstil (TPT) yang belum membaik.

Permintaan bahkan masih cenderung menurun karena pasar domestik masih dikuasi barang-barang impor. "Kebijakan pembatasan import terbaru belum banyak berpengaruh. Saya prediksi paling cepat 6 bulan kedepan baru ada pengaruh itu pun jika ada law enforcement secara serius," tuturnya.

Adapun, data KSPN periode Januari-Oktober 2023 terdapat 7 perusahaan TPT melakukan perumahan dan PHK pekerja dengan total jumlah 6.500 karyawan yang tersebar di Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

"Ini masih terus update bisa bertambah. Perusahaan-perusahaan tersebut keberatan diekspose karena menyangkut trust perbankan dan buyer," pungkasnya.

Contoh industri yang alami pertumbuhan negatif dalam sejak Januari 2023 yakni industri tekstil dan pakaian jadi yang terkontraksi -2,72%. Kemudian industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki turun 2,96%.

 Ditambah juga industri karet, barang dari karet dan plastik turun 4,34% dan industri furnitur turun -2,59%. (Ran)