Investor Gamang Sikap The Fed, Rupiah Ditutup Menguat ke Rp15.463

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 4 Desember 2023 16:58 WIB
Ilustrasi Rupiah Diatas Dolar (Foto: Shutterstock)
Ilustrasi Rupiah Diatas Dolar (Foto: Shutterstock)

Jakarta, MI - Pada Senin, (4/11) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat di tengah fluktuasi mata uang Asia. Rupiah ditutup menguat 22 poin, atau 0,14%, ke level Rp15.463 per dolar AS, sementara indeks dolar AS naik 0,22% ke level 103,498.

Sejalan dengan rupiah, mata uang won Korea Selatan naik 0,13%, ringgit Malaysia naik 0,31%, peso Filipina nak 0,14%. Namun, yuan China melemah 0,13%, baht Thailand turun 0,11%, dan rupee India terkoreksi 0,06%.

Ketua Fed Jerome Powell menyampaikan nada yang tampaknya kurang hawkish dalam dua pidatonya pada hari Jumat, dengan pasar bertaruh bahwa komentarnya tentang menjaga keseimbangan antara kebijakan moneter yang ketat dan soft economic landing menandai berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed secara pasti.

Meskipun Powell masih memperingatkan bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap kebijakan The Fed yang tidak terlalu hawkish dalam beberapa bulan mendatang.

Pasar memperhitungkan kemungkinan lebih dari 90% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunganya ketika bertemu nanti pada bulan Desember, dan lebih dari 60% kemungkinan bank tersebut akan mulai memangkas suku bunga pada bulan Maret 2024.

Direktur Indosukses Futures Maruli Tua Sinambela menyampaikan bahwa dalam laporan pemerintah yang akan datang, kita akan melihat eksplorasi perincian ekonomi Indonesia, termasuk capaian cadangan devisa, tingkat keyakinan konsumen, dan pertumbuhan penjualan ritel.

“ Pada hari kamis tanggal 07 Desember 2023 minggu depan, Bank Indonesia akan merilis data ekonomi terbaru yang akan memberikan pandangan tentang kondisi ekonomi Indonesia,” ungkap Maruli kepada MonitorIndonesia.com, Minggu (3/12).

Menurut dia, Bank Indonesia akan mengumumkan bahwa cadangan devisa Indonesia apakah akan mencapai 133.10 miliar USD pada bulan November atau bisa jadi lebih dari angka itu. Cadangan ini menunjukkan kestabilan ekonomi dan kemampuan negara untuk mengatasi potensi krisis keuangan.

“Penurunan atau kenaikan signifikan dapat mempengaruhi kepercayaan investor dan stabilitas nilai tukar rupiah yang kita cintai,” jelasnya.

Kemudian, lanjut Maruli, Pada hari kamis, tanggal 08 Desember 2023 minggu depan, akan dilaporkan Data Consumer Confidence yang akan menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen Indonesia mengalami perubahan pada bulan November.

“Tingkat keyakinan yang tinggi cenderung mendorong belanja konsumen, memberikan dorongan positif untuk pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, penurunan dapat menandakan ketidakpastian ekonomi yang mungkin mempengaruhi keputusan,” ungkapnya.(Ran)