Program Hilirisasi, Drajad: AS dan Uni Eropa Tidak akan Embargo Ekonomi Indonesia

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 25 Januari 2024 17:20 WIB
Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Drajad Hari Wibowo. (Foto: ANTARA)
Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Drajad Hari Wibowo. (Foto: ANTARA)

Jakarta, MI – Kebijakan pemerintah terkait larangan ekspor barang mentah (hilirisasi) ternyata mendapat tekanan dari pihak asing. Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil, mengatakan bahwa pihak asing mencoba melakukan lobi kepada Presiden Jokowi tapi ditolak.

“Karena tak bisa lobi Pak Jokowi, Pak Luhut dan Saya. Maka lobi lah pada calon pemimpin lain untuk segera setop atau membuka kembali ekspor (bijih) nikel,” ucap Bahlil dalam konferensi pers, Rabu (24/1).

Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos, mengungkapkan beberapa pihak asing yang akan memberikan tekanan tersebut adalah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.

“Sayangnya program hilirisasi Indonesia ini mendapatkan penentangan dari negara-negara maju mulai dari Amerika hingga Uni Eropa,” ucap Subiran, Jakarta, Kamis (25/1).

Menanggapi itu, Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Drajad Hari Wibowo mengatakan, meski mendapat tekanan dan gugatan, pemerintah tetap berani melakukannya.

“Kita berani melakukannya meski ada tekanan dan gugatan Uni Eropa. Kita rasional, terbukti dengan tidak terganggunya hubungan baik yang luas dengan Uni Eropa,” ungkap Drajad kepada wartawan monitorindonesia.com, kamis (25/1).

Ia pun menyakini bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak akan melakukan embargo ekonomi ke Indonesia, meskipun pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan ekspor barang mentah.

“Diplomasi strategis memegang kunci dalam menjamin keseimbangan ini. Bahkan mereka juga kita undang masuk berinvestasi di komoditas yang dihilirisasi. Karena itu, saya yakin AS dan Uni Eropa tidak akan melakukan embargo ke Indonesia. Indonesia berbeda dengan Korut (Korea Utara), Iran, atau Rusia. Posisi geopolitik keamanan kita juga strategis, apalagi di tengah persaingan AS vs China dan Rusia,” paparnya.