Industri Batu Bara Mengalami Pelemahan, Pengusaha: Butuh Kebijakan Presiden Baru

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 2 Februari 2024 22:53 WIB
Ilustrasi - Batu Bara. (Foto: Ist)
Ilustrasi - Batu Bara. (Foto: Ist)

Jakarta, MI – Pelaku industri batu bara berharap kepada presiden yang terpilih nanti bisa memberikan angin segar bagi sektor batu bara, sebab pada tahun ini sektor batu bara sedang mengalami tekanan besar. Sehingga, sangat dibutuhkan kebijakan yang nantinya mampu membawa kemajuan pada industri tersebut.

"Harapannya pertama keadaan kondusif aman kemudian kebijakan," kata Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo dalam Mining Outlook 2024, Jumat, (2/2).

Alexander mengungkapkan, kepastian kebijakan menjadi salah satu harapan pelaku industri batu bara ke depan. Salah satunya terkait Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).

Ia berharap RKAB bisa dijalankan per tiga tahun. Sebab, investasi di pertambangan melibatkan banyak pihak seperti kontraktor dan lain-lain.

"Jadi keamanan dan kepastian kebijakan menjadi harapan kami siapapun pemenangnya," harapnya.

Saat ini, harga batu bara melanjutkan tren penurunan pada awal perdagangan Februari ini. Penurunan ini terjadi seiring dengan proyeksi kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan China.

Menurut data dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (01/02), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di angka US$ 117 per ton atau melemah 0,93%.

Tren penurunan sudah terlihat sepanjang Januari ini, terkoreksi 11,53%. Pelemahan kemarin juga memperpanjang tren negatif batu bara menjadi dua hari beruntun dengan pelemahan nyaris 3%.