Indonesia Diduga Sebagai Dalang Tutupnya Tambang Nikel Dunia, Luhut: Biar Saja Tambang Dunia Tutup

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 8 Februari 2024 22:06 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: dok setkab)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: dok setkab)

Jakarta, MI - Penutupan tambang nikel melanda berbagai negara di dunia, sementara Indonesia terus menggencarkan produksi mineral penting untuk bahan baku baterai hingga kendaraan listrik.

Salah satu tambang nikel yang ditutup sementara yaitu yang dikelola oleh Wyloo Metals Pty Ltd, milik miliarder Andrew Forrest. Tambang nikel di Australia ini mengumumkan penutupan tambang nikel, diikuti oleh BHP Group dan First Quantum Minerals Ltd pada Senin (5/2).

Faktor penutupan tersebut disebabkan oleh pasokan global yang berlebih membuat harga nikel jatuh hingga 40%, mendorong sejumlah produsen besar dan kecil untuk menghentikan produksi.

Penurunan harga nikel sekitar 40% dari tahun sebelumnya disebabkan oleh pasokan berlebih, termasuk dari produsen terbesar dunia, yaitu Indonesia.

Data menunjukkan bahwa persediaan nikel telah meningkat hampir 90% sejak Juni di London Metal Exchange, memperlihatkan adanya kelebihan pasokan global.

Colin Hamilton, Direktur Pelaksana Riset Komoditas di BMO Capital Markets Ltd, mengatakan, "Tekanan di pasar nikel global menjadi semakin nyata."

Sebagian besar impor dari Indonesia adalah nickel pig iron (NPI) yang digunakan untuk baja tahan karat di China. Namun, saat ini, China lebih memilih bentuk lain seperti nikel matte. Impor matte dari Indonesia melonjak dari 10.800 ton pada 2020 menjadi 300.500 ton pada 2023, dengan Indonesia menyumbang 93% dari total impor.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi isu ini dengan menegaskan bahwa Indonesia tidak akan menutup tambang nikel.

"Biar saja tambang dunia tutup, asalkan kita tidak ikut-ikutan," kata Luhut di Jakarta, Rabu (7/2).

Indonesia dianggap sebagai penyebab utama atas penutupan tambang nikel global karena banyaknya fasilitas pemurnian nikel di negara ini yang membanjiri pasar dunia.