China Bangun Pabrik Sendok Garpu di Indonesia! Said Didu Singgung Proyek KA Cepat dan Hilirisasi Nikel

Tim Redaksi
Tim Redaksi
Diperbarui 25 Februari 2024 21:05 WIB
Mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu (Foto: Istimewa)
Mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu, menyoroti soal minat China yang ingin bangun pabrik sendok garpu di Indonesia. 

Pernyataan ini secara tidak langsung mencuat, setelah pernyataan kontroversial Luhut Binsar Pandjaitan terkait minat China membangun pabrik sendok garpu di Indonesia.

Awalnya, Muhammad Said Didu mengekspresikan kekecewaan dan keraguan terhadap janji-janji investasi yang telah dibuat oleh China kepada Indonesia. Ia menyentuh dua hal utama, proyek Kereta Api Cepat (KA Cepat) dan hilirisasi nikel.

Said Didu dengan tegas mengungkapkan bahwa janji-janji investasi China, terutama terkait proyek KA Cepat, seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Ia membuka fakta bahwa proyek KA Cepat yang dijanjikan akan murah, laik, dan layak, namun pada kenyataannya tidak sampai Bandung.

Bahkan, biaya proyek yang terlalu mahal juga berkontribusi pada bangkrutnya PT Kereta Api Indonesia (PTKAI).

"Janji China, KA Cepat, murah, laik dan layak, faktanya tidak sampai Bandung, mahal, bikin bangkrut PTKAI," ujar Said Didu dalam keterangannya di aplikasi X @msaid_didu, Minggu (25/2).

Selanjutnya, dia juga menyentuh tentang hilirisasi nikel yang diserahkan kepada China. Menurut Said Didu, ada pembicaraan akan membangun pabrik mobil listrik dan baterai mobil. Namun setelah China menguasai 90 persen nikel Indonesia, proyek hilirisasi tersebut berujung pada pembangunan pabrik sendok dan garpu.

"Hilirisasi Nikel, serahkan ke China akan bangun pabrik mobil listrik dan baterei mobil, faktanya setelah 90 persen dikuasai akan bangun pabrik sendok dan garpu," timpalnya.

Hal ini menjadi sorotan karena mengingat potensi Indonesia dalam industri hilirisasi yang lebih bernilai tambah. Komentar Said Didu mencerminkan keraguan dan kekecewaan banyak pihak terhadap keberlanjutan dan manfaat nyata dari investasi China.

Ia menyoroti pentingnya evaluasi yang cermat terhadap janji-janji investasi, serta transparansi dalam proyek-proyek besar yang melibatkan asing.

Reaksi Said Didu juga menjadi cerminan akan pentingnya investasi yang berkelanjutan, berbasis pada manfaat nyata bagi Indonesia, bukan hanya sekadar janji-janji yang mungkin tidak terealisasi.

Sebelumnya, Luhut mengungkapkan minat China untuk berinvestasi dalam industri hilirisasi nikel di Indonesia dengan membangun pabrik sendok dan garpu. Proyek ini akan sejalan dengan pembangunan proyek pabrik petrokimia di Kalimantan Utara (Kaltara).

Luhut menyatakan bahwa pabrik yang akan memproduksi turunan stainless steel ini akan dibangun seiring dengan kelanjutan pembangunan proyek pabrik petrokimia China di Kaltara.

China telah memberikan lampu hijau untuk angka investasi dalam proyek industri petrokimia tersebut, dan Luhut berharap tidak akan ada kendala bagi investasi ini.

Dengan rencana pembangunan kawasan khusus, Luhut juga berharap ini dapat membuka peluang bagi industri lokal dan UMKM untuk terlibat dalam industri petrokimia yang sedang berkembang.

Lebih lanjut, Luhut juga mengungkapkan optimisme terhadap investasi asing di Indonesia, yang diyakini akan semakin meningkat setelah Pemilihan Presiden 2024 selesai.

Menurutnya, para investor sempat menunggu situasi politik Indonesia selesai karena adanya kontestasi politik.

Luhut optimis bahwa target investasi yang ditetapkan tahun ini sebesar Rp1.650 triliun akan tercapai, terutama setelah selesai Pemilu 2024 yang membawa optimisme dan kabar baik terhadap kepastian investasi dalam negeri.