Pendapatan Negara Anjlok! Sri Mulyani Beberkan Penyebabnya


Jakarta, MI - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pendapatan negara mengalami penurunan hingga 20% pada Januari-Februari 2025. Namun, ia menegaskan bahwa tren ini masih sesuai dengan pola yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Sri Mulyani, salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan ini adalah perlambatan harga komoditas, yang memiliki peran besar dalam penerimaan negara. Beberapa harga komoditas utama yang mengalami koreksi adalah batu bara (-11,8%), minyak mentah Brent (-5,2%), dan nikel (-5,9%).
"Kami juga melihat beberapa kebijakan yang sudah diperkenalkan seperti tarif efektif rata-rata menimbulkan perubahan dari sisi penerimaan negara terutama pajak penghasilan [PPh] Pasal 21, kemudian restitusi cukup signifikan pada awal tahun menyebabkan penurunan," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, dikutip Jumat (14/3/2025).
Sebagai informasi, realisasi pendapatan negara hingga Februari 2025 tercatat sebesar Rp 316,9 triliun. Angka ini mengalami penurunan sebesar Rp 83,46 triliun atau 20,84% dibandingkan dengan periode yang sama pada Februari 2024, yang saat itu mencapai Rp 400,36 triliun.
Namun, pada Januari-Februari 2024, pendapatan negara justru mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,52% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni 2023.
"Penerimaan negara memang [mengalami] penurunan, tetapi polanya sama. Jadi, saya mohon tidak mendramatisir untuk menciptakan ketakutan," ungkapnya.
"Merespons terhadap pelambatan, tentu kami tetap waspada tanpa menimbulkan alarm." tambahnya.
Dia menyebutkan realisasi pendapatan negara terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp240,4 triliun, menyusut Rp79,6 triliun atau 24,8% dibanding penerimaan perpajakan pada periode yang sama tahun lalu Rp320 triliun.
"Penerimaan perpajakan ini termasuk penerimaan pajak pada Februari 2025 yang sebesar Rp187,8 triliun," katanya.
Angka penerimaan pajak merosot hingga Rp81,22 triliun atau 30,19% dibanding realisasi penerimaan pajak pada Februari 2024 sebesar Rp269,02 triliun.
Sementara itu, realisasi penerimaan bea dan cukai Rp52,6 triliun, atau melemah tipis 2,13% dari Rp51,5 triliun. "Kemudian, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp76,4 triliun," jelas Sri Mulyani.
PNBP mengalami penurunan sebesar Rp 3,31 triliun atau 4,15% dibandingkan dengan Februari 2024, yang saat itu mencapai Rp 79,71 triliun.
Berdasarkan postur anggaran sampai Februari 2025, tak seperti biasanya, APBN sudah mengalami defisit pada awal tahun, yakni mencapai Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Situasi ini berbeda dengan Februari 2024, di mana APBN justru mencatat surplus Rp 26 triliun atau 0,63% terhadap PDB. Sementara itu, pembiayaan anggaran tercatat sebesar Rp 220,1 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 184,3 triliun.
Topik:
menteri-keuangan sri-mulyani pendapatan-negara pnbpBerita Sebelumnya
Update Terbaru! Rekomendasi Saham Hari Ini, 14 Maret 2025
Berita Selanjutnya
Indofarma Krisis! Jual Aset Rp306 Miliar Demi Bayar Tunggakan Gaji Karyawan
Berita Terkait

Sri Mulyani dan Prabowo Bahas Gebrakan Pajak, Tax Ratio Bakal Tembus 23%?
20 Maret 2025 22:14 WIB

APBN Tekor Rp31,2 Triliun di Awal 2025, Tanda Bahaya untuk Ekonomi RI?
13 Maret 2025 14:54 WIB

Coretax Bikin Ribet, Setoran Pajak Jeblok! Kenapa Kemenkeu Takedown APBN KiTa?
13 Maret 2025 09:15 WIB