Harga Minyak Dunia Menguat, Serangan AS dan Rencana Besar China jadi Pemicu


Jakarta, MI - Harga minyak mentah global melonjak pada perdagangan Senin (17/3/2025), setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap militan Houthi yang didukung Iran di Yaman. Serangan ini menjadi balasan atas aksi militan yang kerap menyerang Israel dan kapal-kapal di kawasan strategis Laut Merah.
Selain ketegangan geopolitik, sentimen positif juga datang dari China yang mengumumkan rencana untuk mendorong konsumsi domestik.
Di pasar komoditas, harga minyak Brent tercatat naik 0,47 persen ke level USD70,98 per barel. Sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turut menguat 0,51 persen dan ditutup di posisi USD67,48 per barel.
AS melancarkan serangan rudal dan artileri terhadap kelompok Houthi pada Sabtu lalu.
Reuters melaporkan bahwa seorang penasihat Presiden AS Donald Trump yang tidak disebutkan namanya mengatakan serangan ini bisa berlangsung selama seminggu, berpotensi memperburuk ketegangan dengan Iran.
“Kita kembali menghadapi ketegangan geopolitik,” kata analis pasar di IG, Tony Sycamore.
“Jika harga minyak mentah menembus USD68,50, ini bisa memicu aksi short covering di pasar.” tambahnya.
Sementara itu, menurut laporan MT Newswires, China, sebagai negara pengimpor minyak mentah terbesar di dunia, berencana mengambil sejumlah langkah untuk mendongkrak belanja konsumen.
Upaya tersebut mencakup peningkatan upah dan pemberian subsidi untuk kebutuhan pengasuhan anak, sebagai bagian dari strategi mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada 2025.
“Kami melihat ada fokus besar pada peningkatan kapasitas dan kemauan rumah tangga untuk berbelanja,” ujar kepala ekonom ING untuk China Raya, Lynn Song.
“Upaya meningkatkan konsumsi tahun ini, ditambah dengan basis yang relatif rendah tahun lalu, kemungkinan akan membantu pertumbuhan konsumsi kembali ke kisaran pertumbuhan satu digit menengah pada 2025. Namun, pemulihan yang lebih kuat masih bergantung pada keberlanjutan peningkatan konsumsi.” lanjutnya.
Pelaku pasar kini menanti konferensi pers pejabat tinggi China yang dijadwalkan berlangsung hari ini untuk mendapatkan rincian lebih lanjut mengenai langkah-langkah tambahan guna mendorong konsumsi domestik.
“Harga minyak mentah bergerak lebih kuat, meski masih jauh di bawah level resistensi utama di sekitar USD74,” ucap Saxo Bank.
Saxo Bank menjelaskan, kenaikan harga didukung oleh rencana China untuk mendorong konsumsi serta meningkatnya risiko di Laut Merah setelah AS menyerang militan Houthi yang didukung Iran di Yaman.
“Risiko sanksi yang lebih ketat terhadap Iran dan posisi yang lemah di pasar berjangka terus mengimbangi kekhawatiran permintaan dan peningkatan produksi OPEC+,” tuturnya.
Topik:
minyak-mentah harga-minyak-mentahBerita Sebelumnya
Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, 18 Maret 2025
Berita Selanjutnya
APPBI Soroti Daya Beli yang Masih Lesu, Konsumen Beralih ke Produk Murah
Berita Terkait

Harga Minyak Terdongkrak, Ketegangan Laut Merah dan Produksi AS jadi Pemicu
9 Juli 2025 08:50 WIB

Harga Minyak Tergelincir, Kenaikan Produksi OPEC+ Picu Kekhawatiran Pasar
7 Juli 2025 10:51 WIB