BPS Tunda Rilis Data Neraca Dagang April, Apa Alasannya?

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 15 Mei 2025 10:58 WIB
Badan Pusat Statistik (Foto: Dok MI)
Badan Pusat Statistik (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Badan Pusat Statistik (BPS) secara mengejutkan tidak merilis data ekspor-impor dan neraca perdagangan untuk periode April 2025 yang semestinya diumumkan hari ini, Kamis (15/5/2025) pukul 11.00 WIB. 

Adapun jadwal rilis ekspor impor pada pertengahan bulan atau tanggal 15 setiap bulannya. Jadwal ini telah tercantum dalam Rencana Terbit di laman resmi BPS yang dapat diakses melalui https://www.bps.go.id/id/arc. 

Ke depan, data ekspor dan impor akan diumumkan pada awal bulan berikutnya.

“Dalam rangka meningkatkan kualitas data, Badan Pusat Statistik [BPS] akan merilis angka tetap perkembangan Ekspor Impor di setiap awal bulan,” kata Biro Humas dan Hukum BPS dalam keterangan resmi, Kamis (15/5/2025). 

Di luar kebiasaan, hingga satu hari sebelum jadwal rilis bahkan sampai pagi ini, BPS belum juga mengirimkan undangan penyampaian rilis.

Pada pukul 08.25 WIB, Biro Humas dan Hukum BPS akhirnya menyampaikan bahwa terjadi perubahan jadwal rilis perkembangan ekspor dan impor. 

Humas mengungkapkan bahwa perubahan ini merupakan bentuk komitmen BPS untuk menghadirkan data yang berkualitas dengan tidak lagi merilis Angka Sementara perkembangan ekspor impor yang biasanya dikeluarkan setiap tengah bulan. 

“Dengan demikian, pengguna data langsung memperoleh angka tetap kinerja ekspor dan impor untuk dimanfaatkan lebih lanjut,” jelasnya. 

Dengan demikian, data ekspor-impor dari BPS nantinya akan diumumkan bersamaan dengan rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi di setiap awal bulan.

Padahal, surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan berlanjut pada April dan menandakan tren positif selama 60 bulan secara beruntun. 

Hasil konsensus dari sejumlah ekonom menunjukkan bahwa median surplus neraca perdagangan pada April 2025 diperkirakan mencapai US$2,73 miliar.

Namun, proyeksi tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi surplus pada bulan sebelumnya, yakni Maret 2025, yang mencapai US$4,33 miliar.

Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra dengan nominal US$4,69 miliar. Sedangkan, estimasi terendah diberikan oleh ekonom Pantheon Macroeconomic Miguel Chanco dengan angka US$650 juta. 

Di sisi lain, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memproyeksikan neraca perdagangan pada April 2025 akan mengalami surplus sebesar US$2,45 miliar.

Ia memproyeksikan ekspor akan tumbuh 3,57% dibandingkan April tahun lalu (YoY), namun menurun 12,61% dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Sementara itu, impor diprediksi meningkat 5,73% secara tahunan, tetapi turun 5,58% secara bulanan.

"Terms of trade melambat karena harga komoditas ekspor banyak yang turun terutama gas, metal [nickel, copper, tin], perkebunan [CPO, karet, kopi] lebih tajam dibandingkan komoditas impor [minyak, gandum yang turun]," terang David, Rabu (14/5/2025).

Menurutnya, penurunan ekspor dan impor secara bulanan disebabkan oleh faktor musiman pasca Lebaran, di mana hari kerja lebih sedikit dan impor lebih banyak pada Ramadan atau bulan sebelumnya. 

Sebaliknya, lanjut David, peningkatan ekspor dan impor secara tahunan terjadi karena basis data pada April tahun lalu terbilang sangat rendah.

Topik:

neraca perdagangan bps ekspor impor