Groundbreaking Pabrik Baterai EV Rp96 Triliun, Bahlil: Pengusaha Lokal Harus Terlibat

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 29 Juni 2025 16:13 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (Foto: Ist)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) dari hulu ke hilir harus melibatkan pelaku usaha lokal. 

Penegasan ini disampaikannya saat menghadiri acara groundbreaking megaproyek baterai EV di kawasan Artha Industrial Hill (AIH), Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).

Megaproyek ini merupakan hasil kerja sama antara Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), anak usaha dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) dan PT Industri Baterai Indonesia (IBC).

Untuk sektor hulu, proyek ini berlokasi di Kawasan Industri PT Feni Haltim (FTH), Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, untuk hulu. FTH sendiri merupakan perusahaan patungan antara Hong Kong CBL Limited (HKCBL) dan ANTAM.

Sementara itu, untuksektor  hilir, dibangun pabrik di kawasan Artha Industrial Hill (AIH) dan Karawang New Industry City (KNIC), Jawa Barat. 

Bahlil mengatakan, hilirisasi harus menganut nilai keadilan, khususnya untuk masyarakat lokal dan pengusaha setempat.
"Atas arahan presiden, hilirisasi harus berkeadilan untuk masyarakat daerah dan pemerintah daerah, tidak semua dibawa ke pusat," tuturnya di hadapan Presiden Prabowo Subianto. 

Oleh karena itu, Bahlil pun meminta kontraktor untuk melibatkan pengusaha lokal dalam membangun proyek hilirisasi nikel tersebut. Pelibatan itu khususnya dalam pengadaan makanan, sumber daya manusia, hingga pasokan energi seperti BBM. 

"Jangan pengusaha Jakarta yang ada di daerah. Tapi pengusaha daerah yang ada di daerah. Jadikan pengusaha daerah jadi tuan di negerinya sendiri," kata Bahlil. 

Ia menuturkan bahwa proyek ini berpotensi menciptakan lebih dari 8.000 lapangan kerja langsung.

Secara keseluruhan, nilai investasi proyek ini mencapai US$5,9 miliar atau sekitar Rp96,04 triliun, berdasarkan asumsi kurs Rp16.278 per dolar AS.

Proyek yang dibangun di atas lahan seluas 3.023 hektare (Ha) itu memiliki masa pembangunan selama lima tahun (2024-2029). Sedangkan khusus di hilir atau pabrik di Karawang dibangun di lahan seluas 43 Ha. 

Proyek hilirisasi nikel ini mencakup enam sub proyek utama. Perinciannya, lima sub proyek di Halmahera yakni pengembangan tambang nikel laterit, peleburan pirometalurgi, peleburan hidrometalurgi, produksi material baterai, dan daur ulang baterai. 

Sedangkan, satu sub proyek di Karawang, yakni manufaktur baterai. Khusus proyek pabrik baterai lithium ion di Karawang, IBC dan CBL membentuk perusahaan patungan bernama PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB).

Pabrik ini dirancang memiliki kapasitas awal sebesar 6,9 GWh per tahun pada tahap pertama, yang ditargetkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2026. Pada fase berikutnya, kapasitasnya akan ditingkatkan hingga mencapai total 15 GWh per tahun.

Proyek ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik serta sistem penyimpanan energi (battery energy storage system), baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor ke pasar global.

Selain itu, pabrik ini juga akan memanfaatkan energi surya dengan kapasitas mencapai 24 MWp, sebagai bagian dari upaya mendukung penggunaan energi terbarukan.

Topik:

kendaraan-listrik energi bahlil-lahadalia